“Terima kasih yang tak terhingga untuk Unesa dan orang-orangnya yang hebat,” ujarnya.
Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Olahraga (FIO) Unesa, Dr. Dwi Cahyo Kartiko, S.Pd., M.Kes. menyampaikan rasa haru sekaligus bangga atas pencapaian mahasiswanya itu.
Menurutnya, capaian Indonesia dan mahasiswanya itu menjadi bukti bahwa keterbatasan bukanlah hambatan dalam meraih prestasi.
“Dari mas Tony dan atlet disabilitas lainnya kita belajar agar nggak gampang putus asa. Jika kita gagal di satu pintu, masih banyak pintu-pintu lain yang terbuka asal kita mau berusaha. Jadikan Tony Richardo ini sebagai contoh, ia gagal bergabung di PON tapi akhirnya ia mampu memperoleh 2 medali emas di ASEAN Para Games 2022,” bebernya.
Baca Juga: Pernah Gagal Dua Album, Gitaris Enda Blak-blakan Lagu 'Demi Waktu' Bikin Ungu Terkenal!
Pelatih sekaligus Humas NPCI itu menambahkan, mahasiswanya itu mengalami low vision atau gangguan penglihatan yang ditandai dengan penurunan tajam penglihatan dan tidak dapat diperbaiki dengan kacamata, lensa kontak, atau pembedahan.
“Sebelumnya memang atlet biasa. Namun belakangan penglihatannya turun drastis. Akhirnya ia masuk membela kontingen Indonesia di APG 2022,” ucapnya.
Dia berharap, perjuangan atletnya itu bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa Unesa lainnya dan atlet-atlet Indonesia pada umumnya.
“Nggak ada prestasi yang didapat secara gratis. Semua perlu dibayar dengan kerja keras dan konsistensi. Mentalitas para juara harus terus dirawat dan dilestarikan. Kita harus buktikan pada dunia bahwa Indonesia bisa,” pungkasnya. (*)