Suaranya yang kacau pada bagian itu terbukti berpengaruh banget dan pada dasarnya ngebuka jalan bagi skena rock grunge Seattle setelahnya.
Closer (Joy Division)
Dirilis dua bulan setelah vokalis band Ian Curtis bunuh diri, Closer adalah album lain di mana terlalu gampang untuk orang menilai sebuah kejadian di kehidupan nyata.
Menurut wawancara, sebagian besar Joy Division semangat banget waktu menggarap Closer, berbarengan dengan Ian yang menderita epilepsi dan depresi. Hal itu keliatan jelas dalam vokalnya "I’m ashamed of the things I’ve been put through/I’m ashamed of the person I am,”pada lagu Isolation
Sayangnya, bagaiamanapun temen-temennya di band waktu itu nggak sadar betapa keosnya hal itu. Kayak yang dibilang Stephen Morris dalam sebuah wawancara tahun 2018, "Sejujurnya gue pikir irik Ian bener-bener brilian, tetapi doi kayak nulis tentang orang lain," ujarnya.
In Utero (Nirvana)
Waktu Nirvana mulai ngerjain rilisan studio terakhir mereka tahun 1993, mereka menemybak bayangan besar yang membayangi mereka. Rekaman mereka sebelumnya Nevermind udah merubah dunia musik alternatif, tapi kesuksesannya terbukti bermasalah untuk sebuah band yang berakar pada DIY, dan ekstetika anti-establishment.
Kurt Cobain bahka pernah mau ngerekam omongannya yang bilang Nevermind itu "candy ass," yang mana itu karena doi benci suaranya itu mudah banget diakses dan berharap untuk bisa balik ke sesuatu yang lebih raw dengan In Utero.
Baca Juga: Ringo Starr: Kurt Cobain Itu Laki-laki Hebat, Emosional dan Pemberani!
Sementara itu perdebatan bakal selamanya berkecamuk tentang album mana yang lebih baik, ada sedikit keraguan kalo In Utero adalah sesuatu yang berbeda.