HAI-ONLINE.COM - Siapa nih yang ngerasa mata pelajaran sekolah terlalu banyak? Nyangkut di sekolah, pagi sampai sore. Setelah sekolah, masih harus ikut les. Begitulah pelajar Indonesia. Ya nggak?
Nah, kejadian serupa ternyata dirasakan juga di China.
Bedanya dengan Indonesia, pemerintah China menyadari dan memahami ”penderitaan” anak-anak karena beratnya beban akademik siswa di jenjang pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dan atas.
Lalu, buat mengurangi beban akademik para siswa, Pemerintah China kemudian merombak kurikulum dan kegiatan belajar-mengajar siswa di sekolah dan luar sekolah.
Gimana hasilnya? Secara umum kondisi para siswa jadi lebih baik.
Harian China Daily, 10 Maret 2022, menyebutkan hasil perombakan kurikulum itu tertuang di dalam Laporan Kerja Pemerintah tahunan.
Pemerintah China memperbarui komitmen pendidikannya, tetapi tetap menjaga pendidikan yang setara dan berkualitas tinggi bagi 290 juta siswa di sekolah dan perguruan tinggi di seluruh wilayah di China.
Perombakan kurikulum tersebut dilakukan Kantor Umum Komite Sentral Partai Komunis China dan Dewan Negara.
Baca Juga: Pelajar SMK Bekasi Jadi Tersangka Kasus Pembakaran Pos Polisi Pejompongan
Perombakan kurikulum itu disebut dengan kebijakan ”pengurangan ganda” dan sudah dilakukan sejak akhir Juli lalu.
Tujuannya, untuk mengurangi beban siswa dari segala macam pekerjaan rumah yang berlebihan dan keharusan untuk belajar di luar jam sekolah, seperti mata pelajaran ekstrakurikuler atau belajar di tempat kursus atau bimbingan-bimbingan belajar.