Gajah Mada mengucapkannya lewat sumpah yang dikenal sebagai Sumpah Palapa.
Sumpah itu diucapkannya saat upacara pengangkatan menjadi Patih Amangkubumi Majapahit. Sumpah Palapa berbunyi:
"Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana isun amukti palapa."
Yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah: "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikian saya (baru akan) melepaskan puasa."
Baca Juga: Arkeolog TemukanRuang Rahasia di Bawah Sphinx, Diduga Berisi Harta Karun!
Sebagian Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur) justru waktu itu nggak termasuk dalam istilah Nusantara yang dimaksud Gajah Mada.Pasalnya,kerajaan-kerajaan di tanah Jawa sudah berada langsung di bawah pemerintahan Majapahit.
Kala itu, ada tujuh kerajaan di Pulau Jawa yang memberlakukan aturan Majapahit.
Tujuh kerajaan itu yakni Singasari, Daha, Kahuripan, Lasem, Matahun, Wengker, dan Pajang.
Karenanya, Nusantara digunakan untuk menyebut daerah di luar Majapahit yang perlu ditaklukkan.
Nusantara terdiri dari kata nusa yang artinya pulau, yakni pulau-pulau, dan antara yang berarti lain atau seberang.
Setelah Majapahit bubar, istilah Nusantara terlupakan. Nusantara baru kembali digunakan di abad ke-20.
Tokoh pendidikan nasional pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara, mempopulerkannya kembali. Nusantara digunakan sebagai alternatif dari Nederlandsch Oost-Indie atau Hindia Belanda.