"Di negara-negara berkembang seperti India, Brazil, ataupun Indonesia, umumnya IQ mereka emang udah tinggi. Nah selain dengan belajar minimal dua bahasa, dua instrumen musik, IQ tersebut juga dapat diasah melalui mural," ungkap Basuki di helatan yang sama.
"Mural membutuhkan tingkat imajinasi yang tinggi untuk melukiskan realita kehidupan. Fenomena ini pernah kami lihat ketika ada anak dari pelosok Papua yang IQ dan EQ-nya meningkat pesan setelah mempelajari mural dalam kurun waktu setahun," lengkapnya.
Baca Juga: Sebelum Sukses, Andika Babang Tamvan Ungkap Jualan CD Kangen Band secara 'Indie' ke Angkot-Angkot!
Menjemput benang merah visi dan narasi bangsa tersebut, ketujuh seniman di atas pun telah rampung untuk mendaulat karya dan pesan mereka masing-masing yang sudah dapat dinikmati sejak tanggal 28 November 2021 di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta Barat.
Salah satu perwakilan seniman,Muchlis Fachri(Muklay) menuangkan pesan penting dalam karyanya yang berisikan harapan agarindustri kreatif di Indonesia dapat segera pulih setelah terdampak oleh pandemi.
Mayumi Haryoto, sementara itu, memiliki pesan yang sedikit berbeda, namun tetap dalam visi yang sama. Doi mengungkapkan harapannya agar seluruh masyarakat Indonesia bisa lebihawarepada permasalahan lingkungan yang dapat diterapkan pada seluruh daerah di Indonesia.
Nantinya, di tahun 2022, Repaint Indonesia akan bergerak ke daerah-daerah yang memilki arti penting dalam “Menjadi Indonesia”, baik secara kultural, historis, maupun ekonomi.
Tunggu apa lagi, saksikan kekerenan Indonesia Baru di tembok sebelah utara Gedung Kompas Gramedia, Palmerah, Jakarta Barat.