Hal ini dikarenakan adanya produksi derau termal (suhu) yang berasal dari transistor pertama pada sirkuit elektronik di dalamnya yang langsung terhubung dengan antena.
"CMB ini menjadi bukti kuat tentang kebenaran teori big bang sebagai awal terciptanya alam semesta," kata Andi.
Dijelaskannya, saat alam semesta masih muda, universal kita masih berukuran lebih kecil dan lebih panas dibandingkan dengan kondisi saat ini dan dulu sekali terisi oleh banyak radiasi serbasama (isotropis) dari kabut plasma hidrogen putih yang panas.
"Proses ini terjadi sebelum bintang dan planet terbentuk seperti saat ini," jelasnya.Selanjutnya, begitu alam semesta mengembang, plasma dan rasiasi yang mengisinya mendingin.
Nah, saat alam semesta cukup dingin, maka proton dan elektron dapat membentuk atom neutral.
"Atom tersebut tidak lagi dapat menyerap radiasi termal dan alam semesta menjadi transparan alih-alih berkaut (mengumpul). Kosmolog menyebut masa pembentukan atom netral pertama sebagai masa rekombinasi," ucap dia.
Pernah ada dua astronom menggunakan teleskop radioultrasensitif untuk menangkap sinyalsatelit. Dalam percobaannya, kedua astronom menemukan derau radio yang aneh yang membuat mereka sendiri bingung.
Baca Juga: Seniman Surabaya Dwiky KA Koleb Sama Vans, Rilis Koleksi
Diceritakan Andi, awalnya mereka mengira derau itu disebabkan oleh kawanan burung yang hinggap di teleskop mereka.
"Tetapi setelah burung dan kotoran mereka dihilangkan, derau radio tersebut masih bertahan, dan hingga saat ini radiasi kosmisi dari big bangdapat dirasakan, diantaranya ketika berada di tempat sunyi, kuping menjadi berdenging sesaat dan bukan dalam waktu yang cukup lama," jelas dia.
Berkat penemuan CMB, dua astronom asal Amerika Serikat, Arno Penzias dan Robert Wilson meraih penghargaan Nobel dalam bidang Fisika pada tahun 1978. (*)