Follow Us

Survei Kesehatan Mental di Indonesia: Hampir 100% Ngerasa Kesepian, 40% Pengen Bunuh Diri

Alvin Bahar - Senin, 16 Agustus 2021 | 11:00
Ilustrasi kesehatan mental
Wikimedia

Ilustrasi kesehatan mental

“Keyakinan ini menunjukkan partisipan membutuhkan dukungan sosial. Tetapi perlu diingat bahwa tenaga kesehatan jiwa profesional lebih memiliki keahlian dalam menangani kesehatan mental dan dapat menjaga rahasia klien yang berkonsultasi,” jelas Andrian menanggapi hasil survei tersebut.

Hal ini selaras juga dengan hasil survei yang menemukan bahwa hampir 70% dari total partisipan mengaku nggak pernah mengakses layanan kesehatan mental dalam tiga tahun terakhir.

Alasan yang dominan adalah biaya layanan kesehatan mental dianggap nggak terjangkau.

Walau biaya konsultasi untuk kesehatan jiwa bagi pemilik kartu BPJS dapat ditanggung dengan gratis, hasil survey mengungkap 7 dari 10 partisipan nggak tahu tentang informasi ini.

Hasil temuan lain adalah hampir 70% partisipan yang pernah mengakses layanan kesehatan mental berkonsultasi secara daring (online).

Walau nggak banyak yang mengakses layanan kesehatan jiwa, dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ, Psikiatri yang aktif melayani pasien di Siloam Hospitals Bogor mengaku beberapa rumah sakit justru kewalahan untuk melayani pasien.

“Jumlah psikolog dan psikiater perlu terus ditambah untuk memenuhi kebutuhan di sini. Selain itu pemerataan kualitas juga diperlukan, karena bisa saja kualitas layanan berkurang karena beban pekerjaan yang terlalu besar. Perlu ada sistem yang menjaga di sini,” kata dr. Jiemi.

dr. Jiemi menambahkan, jumlah kunjungan poliklinik kesehatan jiwa juga meningkat semasa pandemi, namun sebagian besar dari mereka sudah memiliki keluhan berat.

“Saya berasumsi banyak di antara kita terbiasa menunggu gejala yang benar-benar berat baru mencari pertolongan kepada profesional kesehatan jiwa. Hal ini karena permasalahan kesehatan jiwa masih dianggap nggak seserius permasalahan kesehatan fisik, sehingga cenderung diabaikan,” kata dr. Jiemi.

Menurut dr. Jiemi, layanan kesehatan jiwa juga mungkin akan menyentuh akar rumput lebih baik kalo pemerintah dan instansi terkait bisa bekerjasama dengan komunitas-komunitas terdekat agar target audiens lebih tepat. Dengan demikian mungkin bisa memperkecil hambatan untuk mendapat layanan kesehatan jiwa.

“Di masa sulit seperti ini, merasa kehilangan, kesepian, nggak baik-baik saja adalah hal yang wajar dan nggak perlu disembunyikan. Jika merasa nggak baik-baik saja, lebih baik mengakses layanan kesehatan jiwa lewat aplikasi daring atau BPJS Kesehatan di pelayanan kesehatan di sekitarmu. Jika nggak yakin apakah Puskesmas terdekat dari tempat tinggal kamu menyediakan layanan kesehatan jiwa, datangi langsung dan tanyakan,” tutup Andrian.

LO NGGAK SENDIRIAN.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest