Follow Us

Jelajahi Setengah Bumi, Paus Abu-Abu Jadi Mamalia yang Paling Jauh Bermigrasi

Hanif Pandu Setiawan - Jumat, 11 Juni 2021 | 10:22
Paus abu-abu jadi mamalia yang paling jauh bermigrasi—sampai sejauh 20.000 km!
Pxhere

Paus abu-abu jadi mamalia yang paling jauh bermigrasi—sampai sejauh 20.000 km!

HAI-Online.com – Seekor paus abu-abu (Eschrichtius robustus) berhasil memecahkan rekor migrasi mamalia yang terjauh.

Hal tersebut terungkap ketika antara Mei dan Juli 2013, ada seekor paus abu-abu terlihat di lepas pantai Namibia.

Temuan yang dipublikasikan di Biology Letters ini pun menjadi fenomena yang nggak lazim karena biasanya penampakan spesies langka tersebut terbatas di belahan bumi utara saja.

Mengutip New Scientist, Rus Hoelzel dari Durham University, Inggris bareng rekan-rekannya kemudian menggunakan sampel jaringan yang dikumpulkan dari kulit paus dan menganalisis DNA-nya untuk melacak asal-usul paus.

Baca Juga: Melihat Wujud Anglerfish, Ikan Laut Bertampang Serem dari Laut Dalam yang Muncul ke Pantai

Membandingkan dengan populasi paus abu-abu lainnya, peneliti menemukan bahwa paus abu-abu berjenis kelamin jantan ini populasi Pasifik Utara barat yang terancam punah, yang ditemukan di sepanjang pantai Asia Timur.

Ini artinya, paus melakukan perjalanan setidaknya 20.000 km untuk sampai ke Atlantik selatan atau setara dengan perjalanan setengah planet, yang membuat rekor untuk migrasi mamalia. Lingkar Bumi sendiri diketahui sekitar 40.000 km.

"Sejauh yang kami tahu, Ini adalah rekor untuk migrasi pada vertebrata air," jelas Hoelzel.

Sementara untuk mamalia darat jauh dari pencapaian itu. Rekor migrasi dipegang oleh serigala abu-abu yang menjelajah lebih dari 7000 km dalam setahun.

Baca Juga: Mengenang 15 April, Tenggelamnya Kapal Titanic, 1.500 Jiwa Meninggal

Meski peneliti nggak mengatahui secara pasti bagaimana paus sampai ke Atlantik selatan, tim peneliti telah memperkirakan tiga rute yang mungkin dilalui paus abu-abu tersebut.

Mereka menduga, si paus bisa menuju utara menuju Arktik, selatan di sekitar Amerika Selatan, atau di sepanjang Asia dan di sekitar Afrika.

Daniel Palacios dari Oregon State University menambahkan dengan makin terbukanya Samudra Arktik karena iklim, bukan nggak mungkin jika akan lebih banyak lagi hewan yang melakukan hal serupa. (*)

Source : New Scientist.com, biology letters

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest