Follow Us

Gelar Ultramarathon di China, 21 Pelari Tewas Lainnya Hipotermia karena Cuaca Ekstrem yang Mendadak

Al Sobry - Senin, 24 Mei 2021 | 09:32
Tim penyelemat di Ultramarathon China yang Tewaskan 21 Pelari, Lainnya Hipothermia karena Cuaca Ekstrem yang Mendadak
Xinhua

Tim penyelemat di Ultramarathon China yang Tewaskan 21 Pelari, Lainnya Hipothermia karena Cuaca Ekstrem yang Mendadak

HAI-Online.com - Siapa menyangka acara lomba lari Ultramarathon di China dihadang bencana alam.

  1. Di kawasan pegunungan di ketinggian sekitar 2.000 – 3.000 meter di atas permukaan laut, para pelari melintasi sebuah jalan setapak yang sangat sempit.
  2. Para peserta lomba lari ultramaraton bukanlah pelari pemula. Salah seorang pelari yang meninggal dunia adalah Liang Jing, yang telah memenangkan lomba lari 100 kilometer di Ningbo, menurut harian Paper yang bermarkas di Shanghai.
  3. Menurut salah seorang anggota penyelenggara lomba, Gansu Shengjing Sports Culture Development Co, seperti dikutip dari Beijing News, tak ada prediksi cuaca ekstrim pada hari perlombaan. Namun, Pusat Informasi Peringatan Dini Nasional cabang Baiyin telah memperingatkan adanya hujan es dan angin kencang yang melanda selama tiga hari belakangan.
  4. Penyelenggara lomba terhitung berpengalaman. Menurut salah seorang peserta lomba yang berhasil selamat, sebelumnya pihak penyelenggara telah menggelar lomba lari serupa selama 4 kali.
  5. Cuaca ekstrim yang terjadi secara tiba-tiba membuat para pelari terkejut. Lantaran tidak menduga adanya cuaca ekstrim, para pelari tidak mempersiapkan diri dengan perlengkapan kondisi musim dingin. Banyak para peserta yang hanya mengenakan atasan berlengan pendek.
Seorang pelari yang berhasil selamat karena memutuskan kembali di tengah jalan, menceritakan kisahnya.

“Saya berlari selama 2 kilometer sebelum perlombaan untuk pemanasan. Tapi ada fakta yang mengganggu. Bahkan setelah saya melakukan pemanasan dengan berlari sejauh 2 kilometer, tubuh saya tak juga memanas,” tutur sang pelari dalam akun WeChat-nya.

Baca Juga: Kamu Seneng atau Sedih? Pemanasan Global Bikin Orang Nggak Perlu Lagi Jaket Tebal Kalo Liburan ke Antartika

Ia juga menambahkan, ramalan cuaca sehari sebelum perlombaan tidak menyebutkan adanya cuaca ekstrim yang mereka temui.

Bagian rute lomba paling sulit terletak di kilometer 24 hingga 36, karena pelari harus melintasi jalur terjal menanjak dengan ketinggian sekitar 1.000 meter. Di jalur itu hanya ada bebatuan dan pasir, dan jari-jemarinya, kata si pelari, mengalami mati rasa karena suhu yang teramat dingin.

Saat ia memutuskan kembali, sang pelari sudah merasa linglung. Ia berhasil selamat karena bertemu dengan tim penyelamat di tengah jalan.

Menurut laporan reporter setempat, sejumlah pelari sempat terperosok ke dalam jurang di kawasan pegunungan itu.

Dihimpun dari laporan Xinhua, operasi penyelamatan berakhir pada Minggu siang (23/5/2021).

Sejumlah pengguna media sosial sempat mengungkapkan kemarahan mereka, menuding pihak penyelenggara tak siap dengan rencana antisipasi. Hingga kini, pihak penyelenggara lomba lari belum mengeluarkan komentar terkait insiden itu.

Wali Kota Baiyin Zhang Xuchen menggelar konferensi pers pada Minggu malam dan mengungkapkan permintaan maaf mendalam sebagai tuan rumah acara itu. Pemerintah setempat menjanjikan penyelidikan menyeluruh. (*)

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya

Latest