Pembuatan penisilin untuk tentara adalah prioritas utama Departemen Perang AS, yang disebut-sebut sebagai upaya "melawan kematian".
Ahli bedah militer kagum dengan bagaimana obat itu mengurangi rasa sakit, meningkatkan kesempatan untuk bertahan hidup, serta mempermudah perawat dan dokter untuk mengobati para tentara di medan perang.
AS kemudian menganggap penisilin sebagai obat yang sangat penting dalam perang. Sehingga, AS memproduksi 2,3 juta dosis penisilin untuk pasukan sekutu. Setelah perang, warga sipil juga mendapatkan akses ke obat penyalamat hidup itu.
3. Mesin jet
Frank Whittle, seorang insinyur Inggris dari Royal Air Force yang mengajukan paten pertama untuk mesin jet pada 1930. Namun, negara pertama yang menerbangkan pesawat bermesin jet adalah Jerman, yang melakukan uji coba terbang pada 27 Agustus 1939, hanya beberapa hari sebelum negara itu menginvasi Polandia.
“Baik Jerman dan Jepang telah benar-benar bersiap untuk Perang Dunia II selama sekitar satu dekade,” kata Rob Wallace, spesialis pendidikan STEM di Museum PD II Nasional di New Orleans.
Pemerintah Inggris mengembangkan pesawat berdasarkan desain Whittle saat dimulainya perang. Kemudian pada 15 Mei 1941, untuk pertama kalinya menggunakan pesawat dengan mesin jet terbang.
Pesawat jet bisa melaju lebih cepat dari pada pesawat baling-baling, namun juga membutuhkan lebih banyak bahan bakar dan lebih sulit ditangani.
Meskipun nggak berdampak pada Perang Dunia II karena masih dalam perkembangan awal, mesin jet mengubah transportasi militer dan sipil di masa depan.
Baca Juga: Cerita Ninja Terakhir Jepang Soal Cara Berlatih, Mulai dari Menatap Lilin sampai Memanjat Dinding
4. Transfusi plasma darah
Selama Perang Dunia II, seorang ahli bedah AS bernama Charles Drew menstandarkan produksi plasma darah untuk keperluan medis.