HAI-Online.com - Beberapa waktu lalu sempat viral video sekelompok remaja yang coba menghentikan laju truk demi konten di perempatan Sentul, Bogor. Diketahui kejadian itu menewaskan satu di antara remaja tersebut.
Baca Juga: Gara-gara Coba Berhentiin Truk Demi Konten, Seorang Remaja Tewas Terlindas
Bahkan bukan kali ini saja, sebelumnya juga pernah terjadi di Pamulang aksi berbahaya seperti ini. Nah, sebenarnya apa sih penyebab mereka berani dan nekat melakukan tindakan seperti itu?
Melansir Kompas.com, Psikolog asal Solo, Hening Widyastuti menjelaskan hal nekat seperti itu sebelumnya banyak sekali dilakukan oleh anak-anak remaja belasan tahun, mulai dari yang duduk di bangku kelas 6 SD hingga SMU.
Diia mengatakan, jika usia belasan tahun merupakan remaja awal yang secara psikologis memiliki ikatan pertemanan yang lebih kuat nih dibanding ikatan dengan dengan keluarga, "Ikatan komunitasnya remaja (awal) itu kuat, benar-benar seperti magnet buat mereka dibanding dengan keluarga," kata Hening.
Ikatan pertemanan yang sangat kuat ini pada akhirnya membentuk perilaku remaja, "Kemudian model geng-nya seperti apa, itu akan menjadi contoh bagi remaja ini."
Hening juga menjelaskan, proses ikatan pertemanan yang kuat muncul karena alasan mencari jati diri dan situasi remaja yang cenderung labil. Semisal berantem dengan orang tua sehingga menciptakan kondisi rumah yang tidak kondusif, maka pelariannya ya ke luar rumah.
Baca Juga: Miss Eco Intan Wisni Dihujat Netizen Karena Nggak Bisa Jawab Pake Bahasa Inggris
"Ke luar itu (pertemanan) juga tergantung. Kalau komunitasnya positif, akan membentuk mereka menjadi positif. Kalau kebetulang gengnya negatif, nekat-nekatan dan sebagainya, itu akan mengubah pola pikir si remaja ini," jelas dia.
Selain itu, dia menjelaskan tentang sistem pembentukan saraf otak pada remaja, "Sistem saraf belum terbentuk sempurna dan baru terbentuk sempurna itu usia dewasa, usia 20 tahun ke atas" ungkap Hening.
Nah, pembentukan sistem saraf yang belum sempurna pada remaja ini, pada akhirnya menyebabkan remaja sulit untuk berpikir jauh ke depan. "Jadi, risiko itu dia enggak mikirin. Yang penting saya mau lakukan, saya berani nekat. Nekat bener," kata dia.
Menurut Hening, nggak cuma menghadang truk, bahkan memanjat pagar sekolah untuk bolos juga termasuk tindakan nekat dan nggak berpikir panjang tentang resikonya. Pola pikir seperti inilah yang membedakan remaja dan orang dewasa.