HAI-Online.com - Kesehatan jiwa itu emang penting bro, sebenarnya mau cowok atau cewek juga kayaknya mesti aware terhadap hal ini deh. Pernah nggak sih kalian ngerasain oh kayaknya gue depresi deh, nah terkadang masih ada yang banyak kebingungan nih cara bedain mana depresi mana emosi sesaat.
Baca Juga: Sering Ngerasa Insecure? Jangan-jangan Cuma Perasaan, Ketahui Pengertiannya Dulu Nih
Melansir Kompas.com, Psikiater dr Jiemi Ardian SpKJ mengatakan depresi bisa dialami oleh siapa saja dari berbagai kalangan, "Dari data Kementerian Kesehatan, depresi dapat menyerang di seluruh populasi, termasuk mulai usia remaja," kata Jiemi, Rabu (31/3/2021).
Kemudian, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dengan responden riset dimulai dari usia 15 tahun menunjukkan, seseorang yang berusia 15 tahun sudah bisa mengalami kondisi depresi, "Memang seiring bertambahnya usia, makin meningkat juga kemungkinan seseorang untuk mengalami depresi," ujarnya.
Ada berbagai macam faktor yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami depresi, di antaranya:
1. Faktor biologis atau genetik 2. Kerentanan biologis tubuh tertentu, misalnya karena penyakit kronis 3. Faktor psikososial, misalnya tidak ada support system, lingkungan yang tidak mendukung, atau pemicu stress yang besar 4. Faktor psikologis, seperti proses berpikir, kemampuan dalam menghadapi pemicu stress, hingga kemampuan regulasi emosi
Jiemi juga menyarankan sebaiknya ketika merasakan perubahan perasaan yang berat dan menetap selama lebih dari dua minggu, sudah waktunya untuk mencari pertolongan profesional kesehatan jiwa seperti psikiater.
Nah, cek juga nih 4 perilaku yang bisa dijadikan acuan untuk mengawasi kesehatan jiwa bernama 4D, yaitu:
1. Distress
Distress adalah stres negatif yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Distress muncul akibat peristiwa buruk dan traumatis, tekanan hidup, atau stres berlarut-larut yang Anda alami setiap waktu tanpa pernah berkurang.
Distress adalah hal yang lazim dialami setiap orang. Namun, distress yang tidak dikelola dengan baik dapat menurunkan konsentrasi dan kinerja. Lama-kelamaan, stres seperti ini juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan kejiwaan.