Padahal FIFA sendiri juga telah menggaungkan tagline say no to racism hingga black lives matter. Namun, tetap saja rasisme masih terus terjadi di manapun, contohnya seperti yang terjadi kepada Patrick Wanggai dan Yann Motta.
Baca Juga: BWF Minta Maaf ke Indonesia, Reaksi Tim Indonesia Nggak Puas dan Minta Tanggung Jawab
Banyak juga yang menyayangkan kejadian yang menimpa Patrick Wanggai, bahkan banyak yang mempertanyakan juga kemana federasi sepak bola Indonesia terkait hal ini.
"Hal kaya gini sudah sulit buat dihindari khususnya di bidang sepak bola yang banyak orang terlibat. Gue nggak pernah membenarkan tapi akan sulit untuk dibendung. Mungkin awali dri sendiri supaya bisa membatasi dengan hinaan seperti ini," tulis @Blanktito.
"Parah banget, jangan kan orang luar, sesama Indonesia aja rasisnya separah ini. Sayangnya, yang kayak gini masih 'dinormalisasikan' banyak orang atau mungkin nggak? Cuma hanya pilih-pilih topik dan objek aja kalo bahas tentang anti rasisme, miris," tulis @f12xos.
"Rasisme kayak gini nggak bisa diberi pembenaran dari segala sudut pandang manapun. Kalo tim lu main jelek ya kritisi yang cerdas tanpa jatuhkan/rugikan segala pihak. Kecewa boleh tapi cara ekspresifnya nggak gini juga dong. Payah ah," tulis @Jihad_AbdiA.
Tentu kejadian rasisme terhadap Patrick Wanggai ini seharusnya bisa diusut, bahkan bisa menjadi salah satu pemicu kedepannya bagi sepak bola Indonesia untuk membenahi hal semacam ini. Bagaimana tidak, hal seperti ini sudah sering sekali terjadi bahkan jauh sebelumnya.
Untuk itu, diharapkan federasi sepak bola Indonesia dapat mencari cara bagaimana rasisme dalam dunia sepak bola Indonesia dapat hilang kedepannya sehingga nggak ada lagi rasisme seperti yang dialami Patrick Wanggai.
Baca Juga: Dewa Kipas Kalah Lawan GM Irene Sukandar, GothamChess: Nggak Jujur Kok Dibilang Berani