Usai mengikuti ritual tiduran di peti mati sambil memegang bunga dan ditutup selembar kain kafan, dia juga dinyanyikan lagu dari para bhiksu.
“Saya merasa seperti terlahir kembali, hidup kembali dan menjadi orang baru,” kata Nutsarang yang ngaku punya toko.
Nggak cuma orangtua, anak muda juga ikutan tren ini, Chonlathit Nimimenwai, 23 tahun misalnya, dia hadir karena seorang peramal mengatakan kepadanya bahwa hidupnya dalam bahaya.
"Itu bikin saya stres. Itulah mengapa saya di sini hari ini karena saya ingin merasa lebih baikan," katanya.
Banyak kuil di Thailand mengadakan upacara serupa dan Prakru Prapath Waranukij, seorang biksu yang melakukan upacara ini, mengatakan bahwa meskipun ritual tersebut mendapat beberapa kritik secara online, dia merasa penting untuk merenungkan kematian.
Baca Juga: Bocoran One Piece chapter 1003: Gawat CP-0 Ikut Campur Perang Onigashima, Nasib Luffy pun Terancam
“Ini mengingatkan orang bahwa suatu hari kita akan mati, jadi kita harus berhati-hati dengan cara kita menjalani hidup,” kata Prakru.
Ya, ingat kematian itu bagus untuk kesehatan jiwa, asal jangan pada berkerumun di peti mati ya Genk, apalagi nggak pakai masker. Takutnya, beneran deket. Coi coi coi!(*)