Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kafe dan Kuil Bernuansa Kematian di Bangkok Thailand Kini Ramai Dikunjungi saat Pandemi

Al Sobry - Minggu, 07 Februari 2021 | 14:45
Kafe dan Kuil Bernuansa Kematian di Bangkok Thailand Kini Ramai Dikunjungi saat Pandemi

Kafe dan Kuil Bernuansa Kematian di Bangkok Thailand Kini Ramai Dikunjungi saat Pandemi

Meski hanya sebentar, Tammy mengaku kapok berbaring diam di peti mati dalam kondisi tertutup lagi.

Itu adalah pengalaman Tammy saat berkunjung ke Kid Mai Death Cafe di Bangkok, Thailand.

"Rasanya nyaman, tapi saya nggak bisa tidur atau rileks di dalamnya karena saya merasa kayak mau mati. Kematian yang saya rasakan adalah perasaan ketika kamu berpikir akan kehilangan segalanya hari ini dan perasaan ketika kamu nggak bakal hidup lagi, nggak bisa melihat ibu dan ayah lagi," kata Tammy kepadaCNN Travelsambil keluar dari peti mati di Kid-mai Death, Bangkok.

"Saya masih ketakutan. Sepertinya saya tidak mau di dalam sana lagi," imbuh Tammy lalu tertawa.

Meski diakui mendapat ketenangan, remaja itu tetap memikirkan sepinya sendirian dalam ruangan sempit itu.

Padahal, dia waktunitu dapatdiskon dari pengelola kafe lantaran jadi pengunjung yang berani berbaring di dalam peti mati selama 3 menit dalam keadaan tertutup. "Tetep saya mggak mau melakukannya lagi," katanya.

Baca Juga: Satu Kru Positif Covid-19, Syuting Film Fantastic Beasts 3 Kembali Ditunda

Jadi tren pencari ketenangan dan obat stress di tengah pandemi

Masuk ke dalam peti mati ternyata menjadi minat bagi ratusan warga Thailand pada musim pandemi Covid-19 ini.
Menyadur dariNational Post,pada laporannya di akhir Januari 2021menyebuttren masuk ke peti mati sambil memegang bunga tengah menjadi rituak bagi warga Thailand yang mencari ketenangan diri

Nggak kurnag dari 100 orang mengantre untuk ikut ritual kematian tersebut di Kuil Wat Bangna Nai di Bangkok Thailand.

Mereka yang melakukan upacara kematian tersebut berhatap dapat meningkatkan keberuntungan dan mengurangi tekanan hidup selama masa pandemi ini.

"Saya harus mengakui bahwa saya stres belakangan ini karena penghasilan saya berkurang akibat pandemi dan saya yakin semua orang di sini juga merasakan hal yang sama," kata Nutsarang Sihard, peserta ritual berusia 52 tahun.

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x