"Di era gawat darurat ini orientasi pendidikan tidak boleh berdasar pada buku saja namun harus berdasarkan kondisi nyata di lapangan sehingga terjadi kolaborasi antara orangtua dan siswa dan guru. Bukan karena terpaksa belajar dari rumah," ujarnya.
Karenanya Rizal menyampaikan, "guru tidak hanya menyiapkan pedagogi, tapi juga perlu menyiapkan skenario pembelajaran."
Menurutnya pembelajaran berbasis skenario ini akan membuat siswa lebih kontekstual dengan realitas yang terjadi dengan sekitarnya.
"Hybrid learning mengombonasikan antara online dan offline orientasinya adalah problem solving, memecahkan masalah. Maka revolusi pendidikannya adalah anak diajarkan abstract thinking sehingga bisa menganalisa permasalahan dengan baik," jelas Rizal.
Untuk itu ia juga menjelaskan tugas guru kini bukan saja mentrasfer pengetahuan, melainkan memberikan pembelajaran yang harus berdasarkanpersonalized learning.
"Mengacu ke kodrat anak didik kita yakni keingintahuan, berimajinasi, berkolaborasi dan kemerdekaan," jelas Rizal lagi.
Ia menjelaskan, "jadi kalau karena blended learning, orientasi kurikulum, pendidikan, dan guru tidak hanya mencekokkan pengetahuan kepada anak, namun anak didorong bisa menemukan sendiri pengetahuan, menganalisa dan mengolah menjadi value untuk dirinya," bebernya lagi.
Tak hanya itu, Rizal juga menyampaikan pembelajaran campuran ini harus mengubah cara-cara lama menjadi cara baru.
Hybrid learningharus membongkar paradigma di mana siswaberkompetisi.
Baca Juga: Jangan Khawatir! Kemendikbud Buka Wacana Teruskan Program Kuota Gratis Pada 2021
"Kalau orientasi pendidikan hanya mentrasfer pengetahuan atau buku cetak,onlinehanya memintadahkan tatap muka maka dipastikan kualitas pendidikan tidak akan pernah naik," tegas Rizal.
Rizal menambahkan yang harus dilakukan adalah membangun ekosistem inovasi dan fleksibilitas.