Apalagi, dalam sebuah survei oleh LSM Tearfun pada Maret 2020,Coca-Cola,PepsiCo, Nestlé, dan Unilever, menjadi penyebab menumpuknya setengah juta ton polusi plastik di enam negara berkembang setiap tahun.
Baca Juga: My Chemical Romance Rilis Video Misterius, Diduga Bakal Keluarin Produk Kosmetik
"Perusahaan pencemar terbesar di dunia mengklaim bekerja keras untuk mengatasi polusi plastik."
"Namun sebaliknya, mereka terus memompa keluar kemasan plastik sekali pakai yang berbahaya," kata Emma Priestland, koordinator kampanye Break Free From Plastic, dilansirGuardian.
Priestland mengatakan, satu-satunya cara untuk menghentikan gelombang sampah plastik yang berkembang adalah menghentikan produksi dan penggunaan sekali pakai, serta menerapkan sistem daur ulang.
"Coca-Cola,PepsiCo, dan Nestlé harus memimpin dalam menemukan solusi nyata untuk menemukan kembali cara mereka dalam membuat produk mereka," ujarnya.
TanggapanCoca-Cola
Sementara itu,Coca-Colamengatakan pihaknya berupaya menangani limbah kemasan.
Coca-Cola juga bekerja sama dengan pihak lain untuk menemukan solusi dan membantah klaim bahwa mereka tidak membuat kemajuan dalam mengurangi penggunaan plastik.
"Secara global, kami memiliki komitmen untuk mendapatkan kembali setiap botol pada tahun 2030, sehingga tidak ada yang berakhir sebagai sampah atau di lautan, dan plastik dapat didaur ulang menjadi botol baru," kata seorang juru bicara.
Baca Juga: Bendera Norwegia, 'Ibu' dari Banyak Bendera Negara di Dunia, Termasuk Indonesia
"Botol dengan 100% plastik daur ulang sekarang tersedia di 18 pasar di seluruh dunia, dan ini terus berkembang," imbuhnya.