HAI-Online.com - Band psikedelik rock asal Bali, Rollfast, punya penjelasan sendiri soal warna musiknya yang berubah drastis di album terbaru 'Garatuba'.
'Garatuba' sendiri menjadi album yang penuh kritik satir saol keadaan di Bali, seperti fenomena eksploitasi dan lain sebagainya.
Tapi, lebih dari itu, eksplorasi musik Rollfast di 'Garatuba' juga didapati berubah cukup drastis dari vibe album sebelumnya, yang bisa disebut sebagai stoner rock.
PsiBaca Juga: HAI DEMOS: Psycho Mission, Stoner Rock Kurang Konsisten
Kini, Rollfast justru terdengar lebih progresif ala band Pink Floyd, dengan turut hadirnya nuansa world music lewat bebunyian instrumen musik tradisional.
Nah, dalam konferensi pers jelang konser virtual , Kamis (26/11), Rollfast menjekasja apa yang bikin nuansa musiknya di album 'Garatuba' berubah cukup drastis dari sebelumnya.
"Komposisi secara riff gitar kita ingin simple aja sih. Referensi juga. Kayak udah nggak denger rock kita sebenarnya, gegara aktifitas kita udah padet," ujar gitarsi Rollfast, Bayu Krisna.
"Sebnernya dari bunyian-bunyian di sekitar sih, kayak sound-sound di pameran dangdut gitu, atau warung depan. Kayak dulu kita denger Black Sabbath. Tapi kita pengen lebih ngalir dengan sound-sound sekeliling. Aiming-nya tuh kayak nggak ber-genre lagi sih gitu," tambah vokalis Agha Praditya.
"Kita mungkin lumayan bosen sama stage yang kemarin, kayak kegelapan macem Black Sabbath," ujar sang bassist Arya Triandana menimpali para rekannya.
Adapun Rollfast segera menayangkan konser virtualnya bertajuk 'GARATUBA, LIVE at ANTHEMBAWU' pada Kamis (26/11), pukul 19.00 WIB.