Follow Us

Siswa di Depok Gagal Jadi Ketua Osis Diduga Karena Intoleransi, Kepsek Beri Penjelasan

Annisa Putri Salsabila - Jumat, 13 November 2020 | 10:38
tangkapan layar dari pengguna twitter yang menyebarluaskan soal pemilihan ketua osis di SMAN 6 Depok
twitter.com/ @mahasiswaYUJIEM

tangkapan layar dari pengguna twitter yang menyebarluaskan soal pemilihan ketua osis di SMAN 6 Depok

Wati bercerita, sistem pemilihan ketua OSIS yang sudah berjalan selama ini dilakukan secara langsung. Tahun ini, karena pandemi Covid-19, pemilihan digelar secara daring penuh.Sekolah memanfaatkan aplikasi buatan siswa-siswi peserta ekstrakulikuler teknologi informasi untuk pemungutan suara. Wati bilang, ada berbagai kendala jelang hari pemilihan pada Selasa (10/11/2020) lalu, karena aplikasi itu belum diuji coba.

"Kami minta seminggu sebelumnya untuk divalidasi dan dicari kemungkinan kebocoran atau kelemahan dan sebagainya, tetapi anak-anak itu baru menyerahkan aplikasi ke operator sekolah itu H-1," ungkapnya.

"Akhirnya terpaksa aplikasi itu kita pakai pada hari pemilihan jam 13.00. Sudah lewat jam 13.00, username dan password-nya belum dibagi. Karena anak-anak panitia OSIS ini panik, mereka langsung share username dan password secara terbuka. Jadi, semua orang tahu username dan password orang lain, termasuk bapak dan ibu guru," jelasnya.

Saat dipakai, banyak pengguna yang nggak bisa masuk ke aplikasi. Wati berujar, ada sekitar 250 pemilih yang hak pilihnya nggak terakomodasi gara-gara kesalahan sistem ini. Beberapa upaya dilakukan dengan mengubah username dan password.

Beberapa berhasil, lainnya tidak. Lalu, lanjut Wati, seorang guru mengaku nggak bisa masuk aplikasi padahal sudah 3 kali ganti gawai.

"Tetapi, ketika saya tanya ke admin, server itu dipegang anak-anak jadi tidak ada kontrol dari kami, data guru tersebut sudah login dan sudah memilih," ujar dia.

"Nah di situlah kami melihat ada kelemahan di sistem ini. Jadi, akhirnya kami putuskan lapor kepala sekolah, lalu rapat istimewa bersama wakil kepala sekolah," lanjut Wati.

Hasil rapat, mempertimbangkan asas keadilan, kejujuran, dan kerahasiaan, maka diputuskan bahwa pemilihan harus diulang secara offline dan terbatas di sekolah dengan sistem kuota.

Baca Juga: Dian Sastrowardoyo Ungkap Sulitnya Jadi Sutradara Film Quarantine Tales, Ini 3 Faktanya!⁹

"Sehingga kita bisa kontrol jumlah suara yang masuk dan data pemilih. Jadi kita itu tidak ada sama sekali unsur SARA. Kami hanya ingin memperbaiki sistem, hanya ingin dapat yang valid," papar Wati.

Pihak sekolah juga mengundang 3 kandidat yang bertarung di pemilihan ketua OSIS, termasuk E yang akhirnya mundur.

Wati mengeklaim, nggak ada satu pun kandidat yang menolak keputusan itu, kendati E disebut mengemukakan berbagi kekecewaan.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest