Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Siswa di Depok Gagal Jadi Ketua Osis Diduga Karena Intoleransi, Kepsek Beri Penjelasan

Annisa Putri Salsabila - Jumat, 13 November 2020 | 10:38
tangkapan layar dari pengguna twitter yang menyebarluaskan soal pemilihan ketua osis di SMAN 6 Depok
twitter.com/ @mahasiswaYUJIEM

tangkapan layar dari pengguna twitter yang menyebarluaskan soal pemilihan ketua osis di SMAN 6 Depok

HAI-Online.com-Pihak SMAN 6 Depok membantah tuduhan intoleransi dan pemakaian sentimen agama di balik kontroversi pemilihan ketua OSIS yang viral di media sosial.

Dalam kontoversi yang heboh di media sosial, ada pihak menuduh pemilihan ketua OSIS SMAN 6 Depok akhirnya diulang karena pemenangnya bukan beragama Islam.

"Saya pastikan bukan itu, itu isu lah, biasa itu dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu lah yang merasa tidak nyaman. Saya pastikan tidak ke arah sana," ungkap Kepala SMAN 6 Depok, Abdul Fatah kepada Kompas.com, Kamis (12/11/2020).

Baca Juga: Belajar Bareng Teman Jadi Cara Nicholas Saputra Bisa Tetap Santuy Saat Sekolah Dulu"Jangan diarahkan ke sana, itu salah sekali. Kita juga kaget, kok bisa begitu mengarah ke sana. Tadi pagi juga tenang-tenang saja nggak ada masalah apa-apa," jelasnya.E, kandidat yang memenangi pemilihan ketua OSIS SMAN 6 Depok pada akhirnya mengundurkan diri secara resmi ketika pemilihan diputuskan diulang.

Dalam pengakuannya di akun Instagram, E menyebut keputusan itu ia ambil lantaran "terdapat prinsip-prinsip yang tidak sesuai untuk melakukan pemilihan ulang".

Kompas.com berbincang dengan Wati, Kepala Seksi Acara Panitia Pemilihan Ketua OSIS SMAN 6 Depok untuk meminta penjelasan pihak sekolah. Senada dengan kepala sekolah, Wati menepis sentimen keagamaan di balik pemilihan ulang, sebagaimana yang beredar di media sosial.

"Screenshot itu terkait dengan guru agama. Itu potongan WhatsApp pribadi di antara guru agama dengan siswa, antara anak dengan anak, tetapi tidak membicarakan masalah pemilu. Jadi masalah membicarakan sudut pandang mereka diskusi sendiri di WhatsApp lalu mencatut nama guru agama," ungkap Wati kepada Kompas.com.

Baca Juga: Heboh Soal Madu Palsu, Perlu Nggak Sih Untuk Konsumsi Madu Bagi Imunitas Tubuh?

"Konteksnya bukan pemilu, tetapi diskusi masalah memilih pemimpin dari sudut pandang mata pelajaran agama Islam, dan itu dipotong. Kita sudah klarifikasi ke guru agamanya dan anak yang WhatsApp itu juga sudah kita minta klarifikasi," lanjutnya.

Sekolah sebut ada kesalahan sistem online

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x