Follow Us

Kisah Miris di Balik Lagu Hits Manic Street Preachers, 'Kevin Carter'

Alvin Bahar - Selasa, 21 Juli 2020 | 12:00
Artwork single Kevin Carter dari Manic Street Preachers.
Dok. Manic Street Preachers

Artwork single Kevin Carter dari Manic Street Preachers.

HAI-ONLINE.COM - 1996 adalah tahun awal kelahiran kembali band rock asal Wales, Manic Street Preachers. Setelah Richey Edwards menghilang pada 1995, James Dean Bradfield, Nicky Wire, dan Sean Moore mencoba membangun karier sebagai trio dan rilis album comeback yang sukses, Everything Must Go.Salah satu single dari album tersebut adalah 'Kevin Carter'. Single ketiga ini sempat menduduki posisi 9 di UK Singles Chart.Liriknya ditulis oleh Richey Edwards sebelum ia menghilang.Apa yang bikin lagu ini spesial? Siapa Kevin Carter?Kevin Carter adalah seorang wartawan foto Afrika Selatan pemenang penghargaan fotografi Pulitzer Prize untuk foto seorang anak dan burung bangkai di Sudan pada tahun 1994.Namun, di balik karya foto legendarisnya, ada kisah miris yang bikin Manic Street Preachers menggarapnya jadi lagu.

Baca Juga: Ngeri! Bola Mata Rey Mysterio Lepas Usai Dihajar Seth Rollins

Gadis Sudan dan Burung Bangkai karya Kevin Carter yang dimuat di The New York Times

Gadis Sudan dan Burung Bangkai karya Kevin Carter yang dimuat di The New York Times

Foto tersebut diabadikan pada 26 Maret 1993. Pada 23 Mei 1994, 14 bulan setelah mengabadikan adegan yang berkesan itu, Carter yang biasa memotret di medan perang, berjalan ke podium di Perpustakaan Columbia University's Low Memorial dan menerima Hadiah Pulitzer untuk fotografi feature. "Aku bersumpah, aku mendapat tepuk tangan meriah dari semua orang. Aku nggak sabar untuk menunjukkan piala kepadamu. Itu adalah hal yang paling berharga, dan penghargaan tertinggi atas pekerjaanku yang bisa aku terima," ungkap Carter kepada orang tuanya di Johannesburg, dilansir dari laman Time.

Para editor foto di majalah-majalah besar ingin bertemu dengan jagoan baru itu. Carter pun menandatangani kontrak dengan Sygma, agensi gambar bergengsi yang mewakili 200 jurnalis foto terbaik dunia."Ini bisa jadi bisnis yang sangat glamor," kata direktur AS Sygma, Eliane Laffont."Sangat sulit untuk membuatnya, tetapi Kevin adalah salah satu dari sedikit yang benar-benar berhasil. Gadis-gadis cantik jatuh cinta padanya, dan semua orang ingin mendengar apa yang harus dikatakannya," imbuhnya.Namun, dua bulan setelah menerima Pulitzer-nya, Carter mati akibat racun karbon-monoksida. Ia bunuh diri di usia 33 tahun pada truk pikap merahnya yang diparkir di dekat sungai kecil."Aku benar-benar minta maaf," jelasnya dalam catatan yang tertinggal di kursi penumpang di bawah ransel. "Kepedihan hidup menimpa kegembiraan sampai-sampai kegembiraan itu nggak ada."Bagaimana mungkin seorang pria yang telah mencapai kemenangan hebat bunuh diri begitu saja?Obituari singkat yang muncul di seluruh dunia menunjukkan kisah moral tentang seseorang yang terkena kutukan ketenaran.Ketika foto ini diambil dan diterbitkan di New York Times pada tanggal 26 Maret 1993, reaksi pembaca sangat kuat dan nggak semuanya positif.

Beberapa orang mengatakan bahwa Kevin Carter nggak manusiawi, dikutip dari laman allthatinteresting Mereka mengatakan bahwa ia seharusnya menjatuhkan kameranya untuk lari memberikan bantuan ke bantuan gadis kecil itu.Setelah menerima sejumlah panggilan telepon dan surat dari para pembaca yang ingin tahu apa yang terjadi pada gadis kecil itu, New York Times menerbitkan catatan editor yang menggambarkan apa yang mereka ketahui tentang situasi tersebut.“Fotografer melaporkan bahwa bocah tersebut cukup pulih untuk melanjutkan perjalanan setelah burung bangkainya diusir."

Ritual harian Carter dalam menggunakan narkoba, termasuk kokain lah yang menangkal kengerian-kengerian pada tiap pekerjaanya. Hal ini ia ceritakan pada Judith Matloff, seorang teman sekaligus koresponden perang. Kisah tragis hidup Kevin tersebut akhirnya diubah jadi karya oleh Manic Street Preachers. Bisa dilihat dari liriknya, di mana MSP menyindir TIME Magazine hingga sosok Kevin sendiri.Hi Time magazine hi Pulitzer PrizeTribal scars in TechnicolorBang bang club AK 47 hourKevin CarterHi Time magazine hi Pulitzer PrizeVulture stalked white piped lie foreverWasted your life in black and whiteKevin CarterKevin CarterKevin CarterKevin CarterKevin CarterKevin CarterKevin CarterThe elephant is so ugly he sleeps his headMachetes his bed Kevin Carter kaffir lover foreverClick click click click clickClick himself underKevin CarterKevin CarterKevin Carter

Carter tumbuh di Afrika Selatan selama apartheid. Dia jadi jurnalis foto karena dia merasa perlu mendokumentasikan perlakuan yang memuakkan nggak hanya pada orang kulit hitam tetapi juga antara kelompok etnis kulit hitam, seperti antara orang-orang Xhosas dan Zulus.Ia bergabung dengan barisan jurnalis foto lainnya. Sebuah surat kabar Afrika Selatan menjuluki kelompok tersebut Bang-Bang Club.Pada saat itu, fotografer menggunakan istilah "bang-bang" untuk merujuk pada tindakan pergi ke kota-kota Afrika Selatan demi meliput kekerasan ekstrem yang terjadi di sana.

Sebagian dikutip dari National Geographic Indonesia

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya

Latest