Follow Us

Lagi Ramai Dibicarakan Warganet Soal Sindrom Imposter, Begini Faktanya

Annisa Putri Salsabila - Sabtu, 04 Juli 2020 | 16:25
Ilustrasi sindrom imposter
tribunnewswiki.com

Ilustrasi sindrom imposter

Definisi ini seringkali dipersempit untuk ngomongin kecerdasan dan pencapaian serta dihubungkan sama perfeksionisme dan konteks sosial. Faktor penyebab nggak ada penyebab tunggal yang menjadi alasan munculnya gangguan cemas tersebut. Namun, menurut Kasandra, ada sejumlah faktor yang bisa jadi penyebab dari gangguan cemas ini, mulai dari genetik, pola asuh, proses belajar, dan lingkungan.

Sementara itu, faktor pemicunya antara lain adalah situasi kondisi, tekanan, dan interaksi. "Ketika gangguan cemas semakin membebani, lalu bertambah dengan gangguan depresi, yang muncul dalam bentuk pikiran negatif, merasa nggak layak, nggak berguna, dan sebagainya," jelas dia.

"Jadi, diagnosis klinisnya adalah gangguan cemas dan depresi," sambung Kasandra. Ia mengungkapkan kalo sindrom ini juga punya kaitan dengan ketidakseimbangan neurotransmiter otak, terutama serotonin, dopamin, dan adrenalin.

Baca Juga: Maudy Ayunda Diduga Bertengkar Lewat IG Live, Sengaja Ditonton Ribuan Penggemar untuk Jaga-Jaga

Penanganan Untuk mengetahui faktor penyebab dan pemicu pasti serta cara penanganan yang tepat, Kasandra mengimbau agar orang-orang nggak melakukan self diagnose."Harus ada pemeriksaan psikologis, jangan self diagnose," imbau dia. Sementara itu, menurut ahli sindrom imposter, Valeria Young, ada tiga langkah penting yang disarankan untuk menangani sindrom imposter ini.

Pertama, penting untuk menormalkan perasaan nggak percaya diri.

"Saat anda merasa takut dan ragu, itu normal. Anda dapat mencoba menghilangkan rasa tidak percaya diri dan fokus berbicara pada diri sendiri," jelas Young.

Kedua, mengubah kerangka pemikiran. "Daripada berpikir tentang apa yang akan dilakukan saat memperoleh suatu proyke besar, berpikirlah bahwa Anda akan benar-benar belajar," ujar dia.

Ketiga, mengubah persepsi dari awal. "Pada akhirnya, satu-satunya cara untuk berhenti merasa seperti seorang penipu adalah berhenti berpikir seperti seorang penipu," sambung Young.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai di Media Sosial, Apa Itu Sindrom Imposter?"

Editor : Al Sobry

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest