HAI-ONLINE.COM - Selain China, ternyata ada satu negara Asia lagi yang terbukti bisa 'mengalahkan' pandemi covid-19 dengan tenaga mereka sendiri. Negara itu adalah Jepang.
Jepang sendiri dikatakan mengabaikan protokol kesehatan yang diberlakukan di hampir seluruh negara yang terkait pandemi.
Negeri Matahari Terbit itu nggak menerapkan pembatasan pergerakan penduduk bahkan bisnis di berbagai sektor mulai dari restoran sampai salon tetap buka seperti biasa.
Mereka bahkan nggak menggunakan aplikasi canggih untuk melacak pergerakan orang-orang dan nggak memiliki pusat pengendalian penyakit.
Jepang juga hanya menguji 0,2 persen dari populasinya aja lho sob. Tapi akhirnya, dengan populasi 126 juta penduduk itu, justru mampu meratakan kurva penyebaran virus dengan 17 ribu kasus dan 826 kematian.
Bahkan di Tokyo yang merupakan kota padat, kasus infeksi bisa turun menjadi 1 digit pada beberapa hari belakangan.
Baca Juga: Anies Baswedan Berharap Anak-Anak Bisa Mengingat Pandemi Sampai Tua, Ini Tujuannya
Lantas, bagaimana cara Jepang melakukannya?
Sebagaimana HAI lansir dari CewekBanget, Jepang mengaku kalau nggak ada solusi instan atau faktor pembeda lain dalam penanganan kasus pandemi ini.
Sebuah daftar yang dikutip dari laporan Bloomberg News, pendapat para ahli menunjukan 43 kemungkinan alasan, mulai dari budaya mengenakan masker, tingkat obesitas di Jepang yang rendah, hingga keputusan awal untuk menutup sekolah.
Di sisi lain, respons awal warga terhadap peningkatan infeksi menjadi sangat penting.
Ketika pemerintah pusat dikritik langkah-langkah mereka lambat, para ahli memuji peran pelacak kontak di Jepang yang sudah berjalan setelah infeksi pertama di temukan pada Januari.
Keberadaan pusat kesehatan publik di Jepang dengan responnya yang cepat inilah yang menjadi salah satu keunggulan negara sakura itu.
Baca Juga: Kasus Bunuh Diri Hana Kimura Bikin Pemerintah Jepang Membuat Kebijakan Keras Soal Cyberbullying
Terlebih lagi dalam pusat kesehatan publik itu ada puluhan ribu tenaga paramedis yang sudah terlatih dalam menyusuri jejak infeksi di 2018 silam.
Pada masa-masa normal, para perawat itu terbiasa melacak infeksi penyakit yang lebih umum seperti flu dan TBC.
"Ini sangat analog, ini bukan bukan sistem berbasis aplikasi seperti Singpaura, tapi bagaimanapun itu, itu sangat berguna," sebut Kazuto Suzuki, Profesor Kebijakan Publik di Universitas Hokkaido.
Terakhir, para ahli di Jepang menitikberatkan pada penanggulangan kelompok atau kelompok infeksi dari satu lokasi seperti klub atau rumah sakit, sebelum kasus kian menyebar.
Keren banget emang Jepang deh!