Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Relawan Terumbu Karang Kejebak Lockdown di Pulau Kecil Selama 2 Bulan

Annisa Putri Salsabila - Sabtu, 16 Mei 2020 | 20:31
Relawan yang kejebak di pulau terpencil
intisari.grid.id

Relawan yang kejebak di pulau terpencil

HAI-Online.com - Saat wabah covid-19 berlangsung, udah banyak kisah dari orang-orang terdampar atau terjebak di suatu tempat yang diakibatkan Lockdown di wilayah tersebut.

Kali ini kisah berasal dari seorang wanita Inggris bernama Natalie Poole dan rekan-rekannya sesama relawanterumbu karang yang kejebak di sebuah pulau terpencil di Myanmar.

Baca Juga: Trending Tagar Indonesia Terserah, Berawal dari Tenaga Medis yang Kecewa

Melansir Mirror.co.uk (15/5/2020), Natalie Poole tiba di pulau terpencilKyun Pila di Myanmarmulai tanggal 19 Maret dan rencananya pengen habiskan waktu sebulan untuk kerja sebagai sukarelawan, ngebantu melindungi terumbu karang.

Tapi justru yang terjadi di luar perkiraan mereka, karena virus coronavirus kemudian mengubah segalanya.

Wanita berusia 35 tahun asal dari Ashburton di Devon, Inggris ini sekarang terjebak dalam 'drama kehidupan nyata' setelah satu-satunya perahu di pulau terpencilitu dibatalkan.

Pembatalan operasi kapal berkaitan sama Lockdown yang diterapkan baik di Myanmarmaupun negara terdekatnya, Thailand.

Selama dua bulan terakhir, Natalie dan empat sukarelawan lainnya dipaksa untuk bertahan hidup hampir nggak ada bantuan di salah satu lokasi paling terpencil di dunia itu.

Mereka harus hidup berdampingan sama hewan-hewan liar di pulau itu, lalu gimana bisa mereka bertahan hidup?

Baca Juga: Bos Tamiya Masayuki Telah Meninggal Dunia, Mobil Balap Mainan Anak 90an Ini Terkenang

Sebenarnya Natalie dan rekan-rekannya hampir bisa keluar dari sana tanggal 5 Mei lalu, tapi harapan itu hancur, waktu Thailand memperpanjang lockdown. Perahu yang harusnya jemput mereka pun dibatalkan.

Natalie yang merupakan instruktur penyelam scuba ini pun berharap kalo perahu lain bakal dateng buat jemput mereka akhir bulan ini.

Seharusnya sekarang dia udah kerja lagi sebagai guru sekolah musim panas.

Selain itu, visanya pun udah kadaluarsa dan pembaruan lagi nggak bisa dilakuin saat pandemi Covid-19 sekarang ini.

Bertahan hidup di pulau terpencilmungkin berat, namun menurutnya hal paling sulit adalah nggak adanya kepastian kapan dia bisa keluar dari sana.

Natalie dan teman-teman relawan lainnya di pulau terpencil Myanmar
Intisari.grid.id

Natalie dan teman-teman relawan lainnya di pulau terpencil Myanmar

"Hal tersulit bagi saya adalah tidak tahu berapa lama kita akan berada di sini. Ini seperti naik turun, kami adalah sekelompok kecil orang dan kami hidup dalam situasi yang sangat terbatas," ungkapnya.

Baca Juga: Jangan Salah Masukin 8 Makanan Ini ke Dalam Kulkas, Rasanya Bisa Berkurang Banyak

Selain itu, mereka pun memikirkan bagaimana keluarga dan rumah yang mereka tinggalkan.

"Di belakang pikiran kita jelas keluarga di rumah dan barang-barang, yang menambah sedikit ketegangan. Kami hanya mencoba untuk mengambil hal-hal dari hari ke hari," katanya.

Meski dipenuhi pikiran tentang kapan mereka bisa keluar dari pulau terpencil dan balik ke rumah mereka, namun Natalie dan rekan-rekannya sekarang harus melakukan apa yang mereka bisa untuk bertahan hidup. Diantaranya mereka berteduh, tidur dan makan. (*)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x