HAI-ONLINE.COM - Usia remaja nggak melulu soal pacar, gebetan, mantan atau sahabat, sob.
Sebagai remaja, kita juga harus memiliki pandangan tentang masa depan, termasuk apakah kita udah yakin dan mempersiapkan diri supaya bisa dapetin pekerjaan yang layak di masa depan.
Terkait masalah ini, HAI Online dan CewekBanget.ID telah melakukan survei pada 2.442 anak muda (471 cowok dan 1.971 cewek) di rentang usia 15-24 tahun dari beberapa kota di Indonesia.
Dari survei tersebut, ditemukan bahwa 80,4% remaja percaya diri mendapatkan pekerjaan layak di masa depan karena mereka punya kompetensi atau keterampilan khusus.
Sedangkan 19,6% sisanya merasa nggak yakin mendapat pekerjaan yang layak di masa depan karena jumlah pencari kerja terus meningkat dan kompetensi mereka nggak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
“Kalau aku percaya diri karena nilai akademik yang lumayan bagus untuk menjamin masa depanku nanti,” ucap Theresia Ribka, Siswi SMK Waskito Pamulang, Jurusan Multimedia.
“Sempat nggak percaya diri karena enggak ada koneksi dan persaingan kerja semakin ketat,” papar Abiel Kristianto, Junior Arsitek, Alumni Universitas Tarumanegara.
“Kurang percaya diri karena persaingan kerja lebih banyak,” aku Silvia Wardatul, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta, Jurusan Jurnalistik.
Jumlah Angkatan Kerja
Bicara soal persaingan pencari kerja, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah angkatan kerja pada Agustus 2019 sebanyak 133,56 juta orang, naik 2,55 juta orang dibanding Agustus 2018.
Sementara itu, angka pengangguran di Indonesia tahun 2018 mencapai 7 juta jiwa dengan 22,48% di antaranya adalah remaja berusia 15-24 tahun yang sedang tidak sekolah, bekerja, atau mengikuti pelatihan.
Menurut Tauvik Muhamad, Manajer Program Pengembangan Keterampilan ILO Jakarta, ketidaksesuaian antara permintaan terhadap pekerja terampil adalah yang menyebabkan kontribusi terhadap pengangguran.
“Di dunia kerja, terjadi missmatch atau ketidaksesuaian antara permintaan terhadap pekerja terampil dari industri dengan kualifikasi pekerja yang tersedia. Ini menimbulkan kontribusi terhadap pengangguran, terutama pengangguran muda,” ujar Tauvik Muhamad.
Mengenai fenomena ini, 47,3% responden merasa bahwa lembaga pendidikan tempat mereka belajar nggak memberikan cukup ilmu untuk terjun ke dunia kerja, sehingga ada ketidaksesuaian antara permintaan terhadap pekerja terampil dari industri dengan kualifikasi pekerja yang ada.
Meski lembaga pendidikan telah berupaya mempersiapkan siswa masuk ke dunia kerja, usaha tersebut seolah belum maksimal. Terlihat dari hasil survei pada 2.442 responden, hanya 1.283 responden yang setuju kalau sekolah dan/atau perguruan tinggi tempat mereka menuntut ilmu sudah mempersiapkan mereka masuk ke dunia kerja.
“Ada lah satu dua poin dari sekolah yang gue rasa masuk ke dalam dunia kerja gue saat ini. Tapi terbilang kurang,” sebut Dio Firdaus, Alumni SMA Negeri 100 Jakarta Timur.
Penulis | : | Alvin Bahar |
Editor | : | Alvin Bahar |
KOMENTAR