Lebih lanjut, dirinya menambahkan keputusan juara menjadi subjektivitas para juri ketika kompetisi hasil kolaborasi kedua antara National Geographic Indonesia dan vivo Indonesia sudah mencapai babak tiga besar.
"Kalau sudah masuk tiga besar, maka keputusan juara itu menjadi subjektivitas dari juri itu sendiri. Dan, bisa kita bolak-balik. Karena itu para juri harus bersepakat untuk menentukan pemenang utama berdasarkan subyektivitas tadi," jelasnya lebih lanjut.
Baca Juga: Fotografer Ini Berhasil Memotret Rusa Bertanduk Tiga, Hasil Fotonya Diteliti Ilmuwan
Sementara itu, Fachryansyah Farandy selaku Digital and PR Director vivo Indonesia yang ikut mendampingi Arbain mengangguk setuju.
"Kita enggak menyangka para peserta dan finalis begitu antusias. Mereka begitu kreatif dalam menggali ide. Dan, mereka bisa buktikan sendiri kekuatan vivo V17 Pro dengan 48MP AI Rear Camera," timpalFachryansyah.
Menunjukan karya salah satu pemenang lomba, dalam foto tersebut permainan cahaya alami tertangkap dengan jelas dalam kondisi malam hari, padahal sang fotografer itu tak memakai cahaya buatan.
"Hasilnya kita bisa lihat, bisa dicetak dalam ukuran besar dan tetap tajam," kata Fachryansyah yang kemudian diamini oleh Arbain.
Hal ini nggak lepas dari keputusanvivo untuk menyematkan sejumlah fitur andalan di kamera depan 32MP Dual Pop-Up Selfie dan kamera belakang 48MP AI Rear Camera.
Fachryansyah juga menekankan tentang kemampuan jauh empat kamera yang terpatri di bagian belakang V17 Pro yakni 48MP AI Quad Camera.
Kamera utama vivo V17 Pro memiliki resolusi 48MP AI Quad Camera yang dilengkapi dengan sensor Sony IMX 582, belum lagi adanya kamera Super Wide-Angle Camera 8MP yang punya lebar sudut pandang 120 derajat.
Selain itu, vivo V17 Pro juga telah menyediakan dua kamera lainnya masing-masing Depth Camera 2MP untuk efek bokeh dan Macro Camera 2MP untuk fungsi memotret objek dengan jarak sangat dekat.