"Pemulung datang bawa sampah plastik lalu ditimbang minimal harus bawa 20 kilogram biasanya seharga Rp 20 ribu. Kalau setiap kali mereka makan ada selisih antara hasil timbangan dengan harga makanan, sisa itu otomatis jadi tabungan mereka," terangnya menambahkan.
Kantongi keuntungan Rp 3 juta per bulan
Lebih lanjut, Sarimin bercerita bahwa selama menekuni bisnis ini, dia dan istrinya bisa meraup keuntungan sebesar Rp 100 ribu per hari, yang kemudian dimanfaatkan untuk biaya pendidikan anak mereka.
"Penghasilan yang didapat sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta setiap bulannya. Buat bayar kuliah anak saya. Dua-duanya alhamdulillah bisa kuliah. Anak pertama sudah lulus dan kerja. Kalau yang kedua kuliah juga sambil bantu-bantu nyupir truk sampah," tutup Sarimin.
Baca Juga: Kisah Kakek di Kalimantan Timur yang Tolak Rp 10 Miliar Demi Jaga Kelestarian Hutan
Dinobatkan sebagai tokoh berpengaruh di Indonesia
Berkat warungnya yang menginspirasi banyak orang, Sarimin dan Suyatmi dinobatkan menjadi satu dari delapan tokoh Indonesia berpengaruh dalam program bertajuk Indonesia's Game Changers dari CNA.
Fyi, program tersebut bercerita tentang seseorang yang dinilai bisa membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat melalui kerja keras serta kreativitas.
Widih, keren ya sob. Kalau di kota kalian sendiri gimana sob, ada juga warung yang memakai sampah plastik sebagai alat bayar juga nggak nih? (*)