Dialalu mencampur ekstrak kedelai dengan airyang menghabiskan dua jam untuk mendapatkan konsentrasi yang benar,kemudian menulis esainya dengan kuas halus pada "washi" (kertas tipis di Jepang).
Setelah kering, kalimat yang ditulis dengan tinta itu nggak akan terlihat.
Namun, untuk memastikan profesornyanggakmembuang esainya karena dikira kosong,ia meninggalkan catatan dengan tinta normal yang bertuliskan "panaskan kertas".
Sang profesor, Yuji Yamada, mengatakan kepada BBC bahwa dia "terkejut" ketika dia melihat esai itu.
"Aku telah melihat laporan seperti itu ditulis dalam kode, tapibelum pernah menemuisatu punyang ditulis dengan teknikaburidashi," katanya.
Baca Juga: Nggak Nyerah, Mahasiswi Ini Raih Gelar Diploma di Tengah Perjuangannya Melawan Kanker Tulang
"Sejujurnya, aku punya sedikit keraguan bahwa kata-kata itu akan keluar dengan jelas. Tapi ketika aku benar-benar memanaskan kertas di atas kompor gas di rumahku, kata-kata itu muncul dengan sangat jelas dan aku berpikir 'Bagus sekali!'
"Aku tak ragu untuk memberikan nilai penuh pada laporan - meskipunaku tak membacanya sampai akhir karenaaku pikiraku harus membiarkan sebagian kertasnya tak dipanaskan,jika nantinya media akan mengabarkan hal ini dan mengambil gambar."
Haga sendiri mengatakan bahwa poin penting pada esainya terletak pada teknik yang ia gunakan, bukan pada isinya.
Sedangkan untuk esai itu sendiri, Haga mengatakan memiliki gaya lebih dari substansi.
Baca Juga: Dosen Ini Bubarin Kelasnya Lebih Awal Buat Ngerjain Mahasiswanya yang Dateng Telat