Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Disetrum 8 Detik Bikin Orang Sadar Nggak Mau Bunuh Diri, Mau Coba?

Al Sobry - Sabtu, 20 April 2019 | 17:35
Disetrum 8 Detik Bikin Orang Sadar Nggak Mau Bunuh Diri, Mau Coba?

Disetrum 8 Detik Bikin Orang Sadar Nggak Mau Bunuh Diri, Mau Coba?

HAI-Online.com – Belakangan ini, berbagai kisah tentang depresi dan kejadian bunuh diri seakan membombardir kita di berbagai media.

Yap, depresi memang bukan masalah yang mudah untuk diselesaikan, bahkan oleh psikiater sekalipun.

Namun, ketika pengobatan gagal dan orang yang ingin bunuh diri masih terus meningkat, maka pilihan utama yang tersisa adalah electroconvulsive therapy (ECT) atau terapi kejut listrik.

Baca Juga : Benarkah Perubahan Iklim Membuat Kasus Bunuh Diri Meningkat?

“Dikejut listrik sekali, hilang pasti pikiran mau bunuh diri,” ujar Dr Dharmawan Ardi Purnama, SpKJ, seusai acara Pfizer Educare yang diadakan di Jakarta, Rabu (20/12).

Secara singkatnya, ECT mereset ulang otak seseorang. Pak Dharmawan mengatakan, dengan dikasih sejumlah joule, otaknya bisa direset dan sebagian ingatannya hilang.

Nanti, (ingatannya) akan kembali lagi, tetapi untuk masa gawat darurat ini, orang tersebut akan lupa.

Berdasarkan artikel WebMD 28 Januari 2015 yang ditelaah oleh dokter umum Kathleen Romito, MD dan psikiater Lisa S. Weinstock, MD, ECT dilakukan dengan menganestesi dan memberi relaksan otot pada pasien terlebih dahulu.

Setelah itu, aliran listrik dikirim ke otak melalui elektroda yang dipasang di kepala. Gelombang listrik yang bisa berlangsung sampai delapan detik ini menyebabkan kejutan pendek di otak.

Baca Juga : Beda Nggak Sih Fantasi Seksual Cowok dan Cewek Kalo Lagi Ngelamun?

Bagi masyarakat awam, hal ini mungkin terdengar tidak berperikemanusiaan. Namun, perlu diingat bahwa stigma ini didasarkan pada tahun-tahun awal ECT yang dosis listriknya terlalu tinggi dan diaplikasikan tanpa anestesia sehingga menyebabkan hilang ingatan permanen, patah tulang, dan efek samping serius lainnya.

Kini, ECT jauh lebih aman dan dilakukan dengan obat bius. “Tanpa dibius pun sebenarnya pasien juga tidak akan ingat (rasanya) di-ECT, tapi kalau dibius akan lebih enak,” ujarnya.

Lalu, bila tidak ingin ECT, transcranial magnetic stimulation yang menggunakan gelombang juga bisa dilakukan untuk mendapatkan hasil serupa, walaupun membutuhkan waktu lebih lama.

Selain itu, perlu diingat bahwa ECT merupakan line terakhir dari tata laksana penanganan pasien yang ingin bunuh diri. Merujuk pada panduan, perawatan harus diberikan terlebih dahulu bersama dengan antidepresan dan antipsikotik selama 2-4 minggu.

“Tapi dalam 2-4 minggu ini kita nilai, kalau tetap ada kecenderungan kuat untuk bunuh diri, maka pasien harus di-ECT,” katanya.

Yap, intinya keinginan bunuh diri bisa dicegah, asalkan kita peduli dengan keadaan teman-teman sekitar. (*)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x