Kisah Atlet Pro NFL yang Pensiun Demi Lanjut Kuliah untuk Gelar Ph.D.

HAI-online.com -Julius Thomas, altet profesional american football (NFL) yangmulai diakui karir cemerlangnya ketika bersama denganDenver Broncos, pada Agustus 2018 lalu telah memutuskanuntuk pensiun demi mengejargelar Ph.D.di bidang psikologi.

Dalam sebuah artikel yang ia tulis sendiri di The Players Tribune,Julius Thomas yang berusia 30 tahun tersebut menjelaskan bahwa alih-alih melanjutkan karir di olahraga yang ia cintai itu, ia berniat untuk fokus membantu orang-orang lain, yang sebagian juga terakibat dari olahraga tersebut.

"Walaupun mengambil keputusan untuknggak lagibermain itu sulit, tapi di satu sisi aku juga sangat bersemangatdengan hal berikutnya: Mempelajari terapi dan terlatih dengan baik sehinggaaku dapat membantu orang sembuh dari rasa sakit emosional dan mental mereka," tulis Thomas.

Baca Juga : Prediksi Klasemen Akhir dan Juara Liga Inggris versi Superkomputer. Siapa Teratas?

Thomas, yang akan kembaliberkuliah dan mengejar gelar doktornya, mengatakan ia akan fokus pada "menyelidikidampak dari kontak dalam olahraga pada trauma otak dan kinerja neurobehavioral" dan akan berpartisipasi dalam penelitian untuk "mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dini penyakit otak."

Thomas mengatakan dia merasa sangat tertarikdalam bidang tersebutkarena dapatberkontribusi pada penelitian tentang ensefalopati traumatis kronis (CTE), penyakit neurodegeneratif yang terkait dengan gegar otak dan trauma kepala berulang.

Penyakit otak ini sering dialami oleh banyak mantan pemain NFL.

"Karena karier football-ku, CTE menjadi topik pembicaraan yang cukup sering," tulis Thomas."Sejujurnya, itu bukan sesuatu yang banyak dibicarakan secara terbuka saataku bermain. Ada referensi yangnggak jelas, tetapi sebagian besar, itu adalah sesuatu yang kita tahu berisiko tetapitak tahu apa risikonya sebenarnya.

Baca Juga : Wah, Seorang Ilmuwan Genetik Mau Bikin Kloningan Lionel Messi!

Ia mengaku terkejut saat menemukan adabanyakpenelitian trauma otak yang sama sekali ia nggak sadari,namun masih banyak jugapenelitian yang perlu dilakukan.

Padamomen-momen itulah iamulai merasa terpanggiluntuk mempelajari tentang trauma otak.