Untuk workshop tentang musik itu, Iga nggak akan sanggup menjalankannya sendiri, akan banyak musisi lain yang akan terlibat, beberapa nama yang disebut oleh Iga diantaranya adalah Reney dari Scaller, Bam Mastro dari Elephant Kind, dan masih banyak musisi lainnya.
Tujuan mereka adalah untuk berbagi, agar industri yang membesarkan nama mereka bisa terus berkembang, dan regenerasi yang “sehat” bisa terus terjadi.
Baca Juga : Mengenang Hari Musik Nasional 2014: Ketika Power Metal 'Bantai' Testament
Kata Iga, ketika band-band melayu merajai pasar, ada gejolak arus di bawah pasar utama yang mengalir kencang. Hanya aja, growth-nya (sidestream) lambat, dari 2000-an awal jalannya pelan banget. Baru ketika internet makin booming dan tren media sosial berdatangan, tiba tiba arus yang tadinya ada di bawah ini bendungannya jebol.
Lalu, ketika internet makin berkembang lagi, dan platform digital semakin banyak, ada bendungan baru lagi yang hadir, dan membuat segala pergerakan bisa menuai hasil dengan cepat. Makanya, banyak sosok baru seperti influencer dari YouTube, Instagram, dan lainnya bisa begitu massive sekarang.
“Musik itu sama kayak mau berbisnis. Seperti misalnya lo mau buka warung sendiri, attitude dan semangat nggak pernah menyerah itu yang bakal nentuin lo bakal ada ‘di mana’ nanti.” pungkas Iga. (*)