HAI-Online.com - Beberapa waktu lalu, dunia pendidikan Indonesia kembali dibuat heboh dengan kasus seorang santri Pondok Pesantren Modern Nurul Ikhlas Sumatera Barat berinisial RA yang menjadi korban pengeroyokan oleh ke-17 temannya.
Seperti yang dikutip HAI dari Kompas.com, aksi pengeroyokan yang terjadi Kamis (7/2) hingga Minggu (10/2) ini sendiri bermula saat para pelaku merasa nggak senang dengan sikap korban yang kerap mencuri barang-barang milik temannya seperti speaker, ponsel, dan benda lainnya.
"Pelaku marah kepada korban karena sudah sering mencuri. Meskipun sudah mengakui kesalahan dan minta maaf, korban tetap saja mencuri," terang Iptu Kalbert Jonaidi selaku Kepala Reserse Satuan Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Padang Panjang.
Hingga akhirnya, korban dilarikan ke RSUD Padang Panjang setelah aksi pengeroyokan yang menimpa RA ini tercium oleh pihak asrama, sebelum akhirnya dirujuk ke RSUP M Djamil Padang pada Senin (11/2).
Baca Juga : Berakhir Tanpa Gol, Ini 5 Fakta Menarik dari Duel Liverpool vs Bayern Muenchen
Meskipun begitu, akun Twitter @achyntia yang mengklaim dirinya sebagai saudara sepupu korban memiliki versi cerita tersendiri terkait kasus tersebut, dan sekaligus mengabarkan bahwa RA saat ini telah meninggal setelah mengalami koma selama 1 minggu.
"Minggu lalu sangat sulit bagiku. Sepupuku dipukuli oleh 17 orang hingga akhirnya meninggal. Malam ini dia akan dimakamkan setelah 1 minggu mengalami koma," tulis @achyntia pada Senin (18/2).
Menurut cerita dari @achyntia, korban dipukul oleh ke-17 temannya selama 3 malam secara berturut-turut, dan sempat dibekap menggunakan bantal serta dipukul dengan sepatu pada malam terakhir.
Anehnya, ketika dibawa menuju ke rumah sakit, pihak pesantren tempat RA menuntut ilmu mengatakan bahwa RA mengalami kesurupan hingga akhirnya memukul serta membenturkan dirinya sendiri.
Selain itu, @achyntia juga menjelaskan bahwa pihak pesantren sempat beberapa kali meminta jalur damai karena salah seorang pelaku penganiayaan diduga merupakan anak wakil pemilik ponpes.