Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Pada 2009, Tulisan Opini Dari Efek Rumah Kaca Ikut Mengawal Pemilu

HAI Internship - Kamis, 07 Februari 2019 | 14:06
ERK

ERK

Hai-Online.com - #10YearsChallenge, yap, hashtag ini kayaknya emang rame digunain oleh banyak netizen ya sob, mulai dari kaum alay, sobat missqueen, 'katanya' selebgram, pejabat, hingga pengisi jagat hiburan tanah air Indonesia. Salah satunya ialah band yang bisa dibilang legend di kancah musik jalur independent, Efek Rumah Kaca (ERK).

HAI percaya kok, lo semua pasti tau dengan band yang satu ini, walaupun ERK tidak besar lewat jalur industri mainstream, namun mereka membuktikan lewat karya-karyanya yang sadis bisa membawanya ke kancah Internasional. ERK memang dikenal memiliki ciri khas band dengan lirik-lirik lagu yang kritis akan protes sosial dan politik.

Di dunia musik Indonesia, kritik sosial dan politik dalam lagu pada era 80'an mungkin kita akan teringat dengan nama besar Iwan Fals. Sebagai seorang musisi, Iwan Fals identik dan lebih dikenal sebagai musisi solo yang kritis terhadap rezim kekuasaan saat itu. Dan wacana mengenai kelas sosial dan politik dalam lagu semakin banyak diangkat ke permukaan oleh musisi semenjak bergantinya pemerintahan orde baru.

Pada tahun 2000an ERK memang sangat berbeda dengan band-band industri lainnya. ERK lebihpunya ketertarikan untuk membuat lagu yang menggambarkan pada kehidupan sosial sehari-hari. Kebetulan dalam kehidupan sehari-hari juga banyak sekali unsur-unsur politik. ERK dilihat sebagai band politik karena nggak banyak band yang mengangkat tema politik.

Baca Juga : Arian 13: RUU Permusikan Nggak Bisa Direvisi, Banyak yang Kacau!

Kalo lo amatin nih ya sob, lagu-lagu Efek Rumah Kaca emang bak merupakan bentuk perlawanan alternatif dari skema indie sebagai kelompok non-mainstream atau underground yang menjadi kontrakultur terhadap industri musik arus utama. Walaupun masuk golongan musik underground kala itu, Efek Rumah Kaca juga memiliki banyak track records prestasi penghargaan. Di antaranya ialah“The Best Cutting Edge” – MTV Indonesia Music Award 2008, “Editor’s Choice 2008” versi Rolling Stone Indonesia, “Class Music Heroes 2008” dan Nominator Anugrah Musik Indonesia Award 2008.

Pada tahun 2009, Efek Rumah Kaca dipercayai oleh surat kabar harian Kompas, untuk mengisi rubrik seputaran pemilu dan politik khusus pada hari Sabtu. Bener banget, tepat 10 tahun yang lalu nih Sob.Waktu itu, mereka banyak menyumbangkan tulisan untuk periode bulan Januari hingga April.

Dilansir dari cuitan di akun twitter @efekrumahkaca, mereka seakan kembali mengingatkan penggemarnya, dengan tagar #10YearsChallenge bahwa 10 tahun yang lalu, Efek Rumah Kaca pernah mengisi rubrik politik pada Harian Kompas, selama 12 minggu menjelang pemilu. Nggak cuma itu aja, dalam cuitannya tersebut, ERK juga melampirkan kumpulan tulisannya yang bisa diakses pada website miliknya.

Cover Tulisan Cholil Mahmud

Cover Tulisan Cholil Mahmud

Salah tiga di antara tulisan yang mereka jajakan dalam cuitan tersebut ialah, 'Yang Agung dari Leuwinanggung' dimuat di Harian Kompas, Sabtu 24 Januari 2009. Pada tulisan ini Cholil Mahmud sebagai penulis membedah makna lagu dari Iwan Fals yang berjudul Wakil Rakyat. Cholil membeberkan bahwa makna lagu dari wakil rakyat atau anggota legislatif saat itu tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, dalam hal ini berkonotasi negatif.

ERK

ERK

Tulisan selanjutnya yang berjudul 'Dijamin, Selera Rakyat Indonesia' dimuat di Harian Kompas, Sabtu 17 Januari 2009, yang ditulis keroyokan oleh Adrian Yunan Faisal, Akbar Bagus Sudibyo dan Cholil Mahmud. Mengenai anggaran belanja iklan politik, dan konsep iklan partai politik yang seperti serupa satu sama lain. Dan tidak pernah terlihat di layar kaca adanya iklan yang berusaha mengajak pemilih untuk cerdas, kritis, dan menggunakan hatinya pada apa pun pilihan partainya. Keras!

Dan tulisan ketiga yang dipamerkan dalam cuitan akun twitter @efekrumahkaca , 'Menyongsong Kampanye Informatif'dimuat di Harian Kompas, Sabtu 10 Januari 2009.

ERK membahas seputaran keresahan kenapa kok rasanya tetap susah untuk bisa mendapat informasi yang utuh akan kompetensi puluhan parpol dan para calegnya yang berlaga? padahal tersiar luas diberbagai media mengenai kampanye tiap kandidat. Baik di media massa, mau personal.

Dari banyaknya tulisan yang pernah diberikan oleh Efek Rumah Kaca yang disiarkan oleh Harian Kompas, salah tiga di antaranya yaitu tulisan di atas, memang masih sangat sesuai dengan situasi keadaan politik tahun ini. Lagi-lagi persoalan yang sama hanya terus terulang. Nggak tau deh sob bakalan sampai kapan, apakah emang atmosfer menjelang pemilu selalu seperti ini?

Penulis : Yunia Indri

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x