“Rasa capek sekarang nanti terbayar di atas. Nanti entah kenapa jadi sejuk kalau udah di atas,” kata Nanang salah satu pemandung yang nemenin Hai berkeliling.
Emang benar bro. Pas sampai puncak tuh sejuk banget! Belum lagi pemandangan yang wow. Angin semilir bikin lelah lenyap seketika. Lo bisa beristirahat sejenak sambil duduk-duduk di atas bebatuan lampau.
Yap, bebatuan lampu. Jangan heran, batuan yang ada di Gunung Padang itu emang disinyalir udah dari zaman megalitikum. Gunung Padang sendiri pun jadi situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara. Luas bangunannya sendiri sekitar 900 meter persegi dengan areal situs sekitar 25 hektar. Fyi, Gunung Padang diperkirarakan berasal dari periode 2500-4000 SM. Lebih tua dari Candi Borobudur loh, bahkan Machu Pichu di Peru! Bahkan, diperkirakan lebih lama pula dari Piramida di Mesir.
Nama Gunung Padang sendiri, terutama “Padang” menurut Nanang sang pemandung berasal dari lokasinya di ketinggian. Kata “Padang” diambil dari “Pa” yang berarti tempat dan “Dan” yang berarti suci atau agung. Kalau digabungin nih berarti tempat yang diagungkan. Namun, beberapa sumber lain bilang “Padang” juga berarti siang atau terang bro.
Bentuk batuan di Gunung Padang beragam. Rata-rata berupa balok-balok panjang yang berwarna hitam. Wilayah ini sebenarnya itu berupa punden berundak yang diperkirakan ada ruangan besar.
Ada lima pembagian teras sob dalam situs ini dengan kekhasannya masing-masing. Mulai dari adanya batu gong dan gamelan, susunan menhir, susunan batuan yang melintang, “batu gendong”, dan susunan batuan andesit seperti teras untuk tidur.
Mesti banget sih ke Gunung Padang bro buat ngulik sejarah lebih jauh. Ini jadi destinasi alternatif buat lo yang mau wisata anti-mainstream kayak pantai dan city tour.