10 Lagu Ikonik Era 2000-an yang Bikin Emo ala MCR 'Laku' di Indonesia!

Kamis, 11 November 2021 | 19:05
Alternative Press

My Chemical Romance era album The Black Parade

HAI-Online.com - Emo itu banyak macamnya. Rites of Spring dengan American Football aja bisa dibilang emo, padahal beda banget. Belum lagi kalo masuk ke ranah mainstream.

Tapi kalo di Indonesia, bisa dibilang yang paling 'laku' ya emo ala MCR. Setuju nggak?

Untuk ngebahas tentang fenomena dan lanskap dari musik emo, HAI sedikit perlu agak berhat-hati mengingat adanya polarisasi yang nggak akan pernah beres sejak istilah ini berkembang.

Emo seperti kita ketahui merupakan penyingkatan dari emotional expressions yang didasari dariluapan amarah dan perasaan yang terpendam. Sebab itu, musik emo kerap diibaratkan dengan rasa gundah dan sedih yang nggak pernah terukur.

Menurut catatan sejarah, tonggak penting yang menjadi acuan utama dari emo adalah pergerakan skena musik hardcore-punk di Washington D.C pada pertengahan 1980-an (Cooper, 2016).

Band-band seperti Rites of Spring, Embrace, ataupun Beefeater kala itu memelopori gerakanRevolution Summer yang bertugas untuk mendobrak pemahaman sempit tentang hardcore yang selalu nampak bengis di era sebelumnya (Norton, 2012).

Evolusi dan mispersepsi positif pun kemudian menghadirkan evolusi yang semakin memperkaya interpretasi masing-masing kolektif mengenai emo.

Satu dekade berselang di era 1990-an, musik emo yang menyebar luas kemudian diterjemahkan dengan cukup unik oleh band-band di barat daya Amerika Serikat.

Varian musik yang menjalani masa primadonanya pada dekade ini kemudian kita kenal sebagai midwest emo dengan grup seperti American Football, Jawbreaker, ataupun The Get Up Kids sebagai komandonya.

Baca Juga: 9 Album Emo Ikonik Yang Kini Berusia 15 Tahun, Mana yang Jadi Favorit?

Namun HAI nggak akan lama-lama ngebahas tentang sejarah hadirnya emo secara terperinci mengingat udah banyak banget pengamat dan kurator musik yang menelisiknya secara derogatif.

Kali ini, coba lo menarik sejarah kembali pada era 2000-an awal menuju akhir. Di situlah makna emo yang meluas kemudian bertransformasi menjadi emo yang lebihdikenal oleh publik saat ini.

Anak emo menjadi istilah yang kerap diasosiasikan dengan rambut poni lempar, fase menyendiri, dan juga cengeng.

Bahkan distorsi makna yang satu ini memberikan pengaruh besar bagi skena musik dan juga penggunaan istilahnya di Indonesia.

Perayaan besar-besaran Emo Night yang diselenggarakan di berbagai kota besar pun menjadi salah satu buktinya.

Dan tentu saja nggak jarang kalo lo sering mendengar celetukan "Gue lagi emo banget nih" yang memiliki makna bahwa individu tersebut sedang merasa sedih dan lagi nggak mau diganggu, kecuali untuk berteriak dan nangis bareng menyanyikan lagu-lagu dari Saosin ataupun MCR.

Bagaimana momen ini kemudian terpatri begitu lama pada mindset kalangan anak muda di Indonesia?

Bahkan di era tersebut tentu kita inget dengan kehadiran band-band semacam Jolly Jumper, Alone At Last, Killing Me Inside, Jakara Flames, dan ratusan band lain yang serupa.

Menurut Aldy, gitaris sekaligus frontman Seems Like Yesterday, geliat band-band emo di luar kota selain Jakarta juga cukup tinggi, ada nama-nama The Astronauts dan End of Julia dari Yogyakarta, sedangkan dari Bandung ada Alone at last, Love Hate Love, hingga Jolly Jumper.

Baca Juga: Di Amerika Serikat Ada Juga yang Mau Klaim 'Emo Night', Tapi Gagal

"Dulu, pas gue awal nge-band, belum ada scene emo. Band emo pun masing-masing mainnya di acara melodic atau gig campuran hardcore/ metal. Acara pertama yang ada emo-emonya itu kayaknya We No Need No Emo 1, di Rogue, Kemang, Jakarta Selatan. Sekitar 2003 atau 2004-an gitu," kata Aldy.

Selanjutnya, perkembangan emo di Indonesia semakin masif. Aneka gig yang diisi band-band emo semakin banyak.

Hal ini juga cukup dipengaruhi oleh band-band yang tengah digemari di Barat sana. Mulai dari Finch, Saosin, A Static lullaby, The Used, Underoath, Matchbook Romance, hingga yang mainstream seperti My Chemical Romance mempunyai penggemarnya sendiri.

HAI menemukan kalo terdapat ada 10 lagu ikonik yang berjasa besar untuk hadirnya pemahaman umum tentang emo di Indonesia tersebut.

Namun, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya kecepatan internet, makin banyak juga yang kenal sama roots of the emo.

Nggak perlu penjelasan panjang lebar di setiap lagunya, sila dengarkan10 lagu ikonik yang merubah pandangan tentang emo di Indonesia. Selamat menikmati dan semoga lo semua masih bisa ngerasain sedih dengan 10 lagu di bawah, sikat fren.

Baca Juga: Nggak Cuma Seattle Sound & British Invasion, Berikut 5 Genre Musik Rock Lain yang Jadi Ciri Khas Kota/Negara Dunia!

1. Story Of The Year - Until The Day I Die (2003)

2. Finch - Letters To You (2002)

3. My Chemical Romance - Helena (2004)

4. Fall Out Boy - Sugar We're Going Down (2005)

5. Bullet For My Valentine - Tears Don't Fall (2006)

6. Underoath - Writing On The Walls (2006)

7. Alesana - Ambrosia (2007)

8. Avenged Sevenfold - Dear God (2007)

9. Saosin - You're Not Alone (2008)

10. Paramore - Decode (2008)

Baca Juga: Kenang Awal Ngerekrut Sansan Jadi Vokalis Killing Me Inside, Onad: Jago Nggak Jago, Rambutnya Dulu Emo!

Gimana fren, ngerasa lagi nostalgia di zaman sekolah nggak pas dengerin lagu-lagu di atas? Kalo lo penasaran sama varian musik emo yang menjadi pendahulu coba lo baca tautan di bawah ini biar memperluas spektrum ke-emoanmu.

Baca Juga: 5 Lagu Emo yang Jarang Terdengar Namun Sudah Seharusnya Masuk Playlist Kamu

Referensi dan Bahan Bacaan:

Blush, Steven (2001). American Hardcore: A Tribal History. Los Angeles: Feral House.

Cogan, Brian (2008).The Encyclopedia of Punk. Sterling.

Andersen, Mark; Jenkins, Mark (2009). Dance of Days: Two Decades of Punk in the Nation's Capital. New York: Akashic Books.

Cooper, Ryan (2016). The History of Hardcore Punk Music. LiveAbout.Com.Retrieved on 11 November 2021.

Cooper, Ryan (2019).The Subgenres of Punk Rock.LiveAbout.com.Retrieved 11 November 2021.

Norton, Justin (2018). 13 Essentials DC Hardcore Albums. Stereogum.Retrieved 11 November 2021.

Editor : Alvin Bahar

Baca Lainnya