8 Fakta Update Vaksinasi Bagi Penyintas Covid-19, Dulu 3 Bulan Sekarang Sebulan Pasca Sembuh

Jumat, 15 Oktober 2021 | 14:13

Fakta Update Vaksinasi Bagi Penyintas Covid-19, Dulu 3 Bulan Sekarang Sebulan Pasca Sembuh

HAI-Online.com - Aturan vaksinasi di negeri ini terus mengalami perubahan yang dinamis. Untuk itu kita perly bersama-sama mengapdet informasi terkait vaksin dan menyebarluaskan kebaruannya kepada teman, saudara bahkan followers kita.

Nah, ada beberapa informasi yang baik dari angka kasus COVID-19 di Indonesia. Dikutip dari obrolan acara GoodTalkSeries IG Live kolaborasi Good Doctor pada Kamis (14/10) malam, jumlah kasus Covid-19 mengalami tren melandai pada awal Oktober 2021.

Baca Juga: SMK Tatap Muka di Banten Terapkan 18 Persen Siswa dan 4 Jam Pelajaran Perhari

Meski begitu, cakupan vaksinasi sejatinya bisa dibilang belum maksimal. Berikut sejumlah fakta soal vaksinasi yanh perlu kamu eltahui, baim bagi oenyintas vaksinasi atau yang tengan melawan Covid-19 secara langsung dan tidak langsung.

1. Belum Setengah Penduduk Indonesia Ikut Vaksinasi

Yap, data per tanggal 12 Oktober 2021 dari Kemenkes RI menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang mendapat vaksin dosis 1 baru mencapai 48,6 persen alias belum setengahnya, sementara 28,04 persennya sudah mendapat vaksin dosis 2.

Karena itu berbagai upaya terus dilakukan untuk mengoptimalkan cakupan vaksinasi agar semua masyarakat terlindungi dari COVID-19.

"Cakupan imunisasi (vaksinasi), terutama di Jakarta sudah di atas 80 persen. Pada kelompok dewasa bahkan sudah di atas 100 persen, dengan rincian vaksin pertama di atas 90 persen, dan vaksin kedua sudah di atas 80 persen," kata Prof. Dr. dr. Rini Sekartini SpA(K), Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI memberi gambaran vaksinasi lokal DKI.

Baca Juga: Cowok Singapura Dihukum Gantung Usai Selundupkan Ganja 1 Kilogram 2. Vaksinasi Anak Belum Ada di RI

Vaksinasi covod-19 untum anak di negara lain sudah digelar sejak usia 3 tahun, menggunakan jenis vaksin Sinovac.

"Di Indonesia belum dibolehkan untuk anak di bawah 12 tahun. Namun, saat ini tengah dilakukan penelitan vaksin buatan Biofarma di mana anak-anak dilibatkan. Namun, penelitian dilakukan bertahap mulai dari dewasa, lansia, dan baru anak-anak. Diharapkan tahun depan sudah ada hasilnya," jelas dr. Rini lagi.

Baca Juga: Inilah 10 SMA Terbaik di Bandung Berdasarkan Rerata Nilai UTBK 2021 3. Vaksinasi untuk yang sembuh dari Covid-19

Yap, di acara yang sama, Menurut dr. Jeffri Aloys Gunawan, Sp.PD, dari Good Doctor, bagi para penyintas Covid-19, ada perubahan regulasi, yakni dulu 3 bulan setelah kena COVID-19 baru bisa divaksin, tapi sekarang 1 bulan sudah bisa.

"Memang perubahan seputar COVID-19 sangat dinamis. Segala informasi tentang COVID-19 terus diperbarui sesuai kajian ilmiah terbaru," kata dokter berkacamata itu di IG Live, kamis malam.

Dia menjelaskan, syarat vaksin bagi penyintas Covid-19 bisa dilihat dari gejalanya, yaitu yang ringan-sedang.

"Selama ringan ke sedang dan nggak ada alergi, mereka bisa divaksin 1 bulan setelah dinyatakan sembuh. Bagi yang mengalami gejala berat, harus menunggu 3 bulan dengan catatan harus bebas dari long COVID dan kondisi sudah stabil tanpa gejala sisa," jelas dr. Jeff lagi.

Baca Juga: Oknum TNI yangBantu Rachel Vennya dan Salim Nauderer Kabur dari Wisma Atlet Sudah Diamankan

Ia juga menyarankan, pentintas untuk konsultasikan kesehatan terlebih dahulu dengan dokter sebelum vaksinasi.

"Untuk pilihan vaksinnya juga ditanyakan, bisa apa saja yang tersedia di kita,” urainya lagi.

4. Vaksin Kedua Bagi Penyintas

Dr. Jeff juga menjelaskan, jika pasca vaksin pertama, terkena kasus covid, maka setelah sembuh, langsung lanjutkan dosis keduanya. Tidak perlu diulang.

“Jangan menganggap tidak perlu dosis kedua karena sudah dapat ‘vaksin dosis kedua’ saat terkena COVID-19. Ada studi yang menunjukkan bahwa kekebalan yang muncul dari infeksi alami, tidak sama dengan yang muncul dari vaksinasi.

"Studi itu menyebutkan, kekebalan yang terbentuk lebih bagus dari vaksin, karena di dalam vaksin ada ajuvan (zat tambahan) khusus, yang membuat efek kekebalannya jauh lebih bagus daripada infeksi alami. Meski sudah kena varian Delta, tetap saja harus vaksinasi. Apalagi kalau yang baru dapat 1 dosis,” tegas dr. Jeff lagi.

Baca Juga: Nggak Ada Kapoknya, Pulang PTM Tawuran Pelajar SMK di Bogor Kembali Pecah

5. Vaksin Campuran

Pada beberapa kasus, masyarakat kerap mendapatkan vaksin campuran maksudnya jenis vaksin dosis pertama dan kedua berbeda.

Soal ini, dr. Jeff menyinggung bahwa jika yang ditanyakan apakah berbahaya atau tidak, jawabannya belum dapat dipastikan.

Ia menjelaskan, saat ini sebuah riset di AS tengah melalukan uji coba silang vaksin, yakni 450 diberikan vaksin jenis beda pada dosis pertama dan keduanya.

"Ada yang eprtama sinovac, kedua moderna, ada juga yang pertama moderna keduanya diganti J&J dan seterusnya," jelasnya.

Dalam studi tersebut, pasien dilihat respon kekebalan tubuh dan efek samping yang diradalan stelah mendpaat vaksin berbeda, hasilnya mereka yang memdapat vaksin pertama dan kedua berbeda punya antibodi yang mirip dengan mereka yang divaksin sama dosis kedua dan pertamanya.

Baca Juga: Remaja Penerima Suntik Kosong Dipastikan Bukan Salah Satu Pelajar IPEKA Pluit

"Tapi sekali lagi, riset ini masih kasar teman-teman, jadi perlu tinjauan medis lebih lanjut lagi," jelasnya.

6. Vaksin Baru Nih

Menurut dr. Jeff, ada jenis vaksin Corona baru, Zifivax namanya. Dia merupakan vaksin ke-10 yang mendapatkan izin edar dari BPOM. Sudah ada uji klinis fase 3, dengan efikasi 81,7%. KIPI relatif ringan, tidak ada yang berat atau serius.

“Penggunaannya masih diperuntukkan 18 tahun ke atas, sesuai kriteria uji klinis. Vaksin ini cukup ampuh melindungi dari varian Delta, tapi belum bisa didapatkan di pasaran, karena perlu waktu untuk distribusinya. Kabar baiknya, vaksin ini nanti akan diproduksi sendiri oleh Indonesia. Diharapkan awal November nanti sudah tersedia,” ujar dr. Jeff.

7. Vaksin yang Aman untuk Ibu Hamil

Sementara itu, vaksinasi untuk ibu hamil di Indonesia baru ada 3 jenis vaksin yang disetujui yaitu Pfizer, Moderna, dan Sinovac.

Diharapkan akan lebih banyak lagi vaksin yang disetujui untuk ibu hamil, agar lebih banyak pilihannya.

Baca Juga: Keluarganya Kena Covid-19 tapi Dia Aman, Ozzy Osbourne Anggap Berkah 'Kekuatan Setan' “Menurut studi, ibu hamil yang kena COVID-19, risiko kematian meningkat sampai 70 persen. Jadi segeralah divaksin. Syaratnya, minimal 13 minggu kehamilan. Vaksinasi COVID-19 tidak boleh dilakukan di trimester 1 kehamilan,” tambah dr. Jeff.

Untuk ibu menyusui, lebih leluasa. Bisa memakai vaksin yang ada di Indonesia. Masih banyak yang takut, nanti ada komponen vaksin yang masuk ke ASI lalu ditelan oleh bayi.

Hal ini tidak benar. Dari penelitian, tidak terbukti terjadinya hal tersebut. Yang masuk ke bayi melalui ASI hanyalah antibodi yang terbentuk dari hasil vaksin pada ibu. Jadi ibu tidak perlu takut, bisa menyusui seperti biasa. Jauh lebih baik divaksin daripada tidak divaksin.

8. Vaksin untuk anak sekolah?

Belum tersedianya vaksin anak di bawah 12 tahun, padahal usia tersebut sudah akan diwajibkan until mulai masuk sekolah.

Baca Juga: Sertifikat Vaksin Plus KTP yang Cocok Jadi Syarat Mutlak Naik KRL, Tidak Lagi Pakai Surat!

Soal ini, Prof Rini, meyakinkan bahwa protokol sekolah tatap muka yang ada sudah sangat ketat. Anak-anak maksiml hanya sekitar 2 jam di kelas dan wajib menggunakan masker bahkan ada yang double masker dan menambahkan face shiled.

Selain itu, pembelajaran tatap muka pun hanya digelar dua minggu sekali dan anak tidak membawa bekal sehingga tidak membuka masker selama di sekolah.

“Sampai saat ini di DKI Jakarta yang sudah memberlakukan sekolah tatap muka, belum ada klaster sekolah. Ada kasus namun ternyata anak tertular dari klaster di rumah,” kata Prof. Rini.

Karena anak-anak belum bisa divaksin, menurut Prof. Rini, salah satu upaya melindungi dari infeksi COVID-19 dengan memberikan nutrisi yang sehat.

Selain itu, karena anak-anak lebih banyak berkegiatan di rumah, berikan vitamin secukupnya saja jangan berlebihan, cukup vitamin D dan Vitamin C. Atau cukup multivitamin dan Vitamin D.

Baca Juga: Pengin Imun Kuat? Konsumsi Vit C Nggak Boleh Lebih dari 2000mg per Hari, Ini Jadinya Kalo Lebay!

"Anak-anak tidak membutuhkan vitamin E secara khusus. Jangan berlebihan karena akan dibuang kelebihannya melalui urine. Vitamin D penting karena banyak anak kekurangan vitamin D terlebih setelah pandemi jarang aktivitas fisik di bawah sinar matahari," ujarnya. (*)

Tag

Editor : Al Sobry