HAI-ONLINE.COM - Seusai pensiun, banyak pemain bola yang beralih profesi menjadi seorang pelatih. Alasannya pun beragam, mayoritas mungkin karena nggak mau jauh-jauh dari dunia sepak bola.
Namun, perlu diingat, hebat sebagai pemain, belom tentu sukses pula saat menjadi pelatih. Hal tersebut dialamin banget nih sama beberapa pelatih berikut ini.
Ya, mereka dahulunya adalah pemain yang sangat berkelas. Tapi entah kenapa, mereka justru ngalamin kegagalan ketika beralih profesi menjadi seorang pelatih. Nah, mau tau kan siapa aja sih pelatih yang dimaksud? Daripada makin penasaran, yuk simak bareng-bareng ulasannya.Cek ya: 10 Tahun Perjalanan, Ini Wajah iPhone dari Masa ke Masa!1. Marco Van Basten
Marco Van Basten mungkin penyerang terbaik yang pernah dimiliki timnas Belanda. Kariernya sebagai pemain begitu mengagumkan dengan banyaknya trofi yang ia raih, seperti gelar Eredivise, Serie-A, Liga Champions, dan Piala Eropa bersama Oranje pada 1988. Nggak berhenti sampai di situ, penghargaan individunya semakin memperjelas bagaiman kualitas permainan Van Basten. Ia bahkan sampai tiga kali memenangkan penghargaan pemain terbaik Eropa. Namun, seusai pensiun, kariernya sebagai pelatih justru berbanding terbalik dengan kesuksesannya sebagai pemain. Menangani timnas Belanda, ia hanya mampu membawa negaranya melaju sampai babak 16 besar Piala Dunia 2006. Dua tahun berselang, di Piala Eropa 2008, Van Basten harus menerima kenyataan bahwa anak asuhnya tersingkir di babak perempat final. Karier melatih klub juga kurang beruntung. Musim 2008/2009 Ajax Amsterdam cuma finis di peringkat ketiga Liga Eredivise. Selanjutnya, di Hereenveen dan AZ Alkmaar, Van Basten bahkan sampai mengalami pemecatan.
2. Diego Maradona
Sebagai pemain, jelas nggak akan ada yang meragukan kualitasnya. Diego Maradona telah memenangkan segalanya, mulai dari raihan trofi liga bersama klub, hingga berhasil membawa timnas Argentina memenangkan Piala Dunia 1986. Ia bahkan juga sering disebut-sebut sebagai pemain terbaik yang pernah ada di muka bumi ini. Namun, entah kenapa, seusai pensiun, karier Maradona sebagai pelatih justru terbilang buruk. Piala Dunia 2010, ia menangani timnas Argentina, dan tersingkir di babak 16 besar setelah dibantai 4-0 oleh Jerman. Melatih klub, raihan Maradona juga nggak begitu baik. Di klub Uni Emirat Arab, Al Wasl, Maradona hanya menang tujuh kali dari 22 laga. Sementara itu, bersama dua klub Argentina, Mandiyu de Corrientes dan Racing Club, jabatan pelatih Maradona justru berakhir dengan pemecatan.
Kulik deh: Kalau Kecebur, Smartphone Ini Mengapung Alias Nggak Bakal Tenggelam3. Alan Shearer
Mungkin, Alan Shearer bisa disebut sebagai salah satu penyerang terbaik yang pernah menghiasi Liga Inggris. Ia sangat tajam di depan gawang lawan, buktinya di kompetisi tersebut, Shearer udah tiga kali menyabet gelar topscorer. Raihan total gol Shearer pun masih yang terbanyak di Liga Inggris, yaitu dengan 260 gol. Kalo soal trofi, Shearer jadi aktor penting kala kejutan 1995, Blackburn Rovers berhasil dibawanya menjadi jawara. Terlepas dari itu semua, karier Shearer sebagai pemain memang begitu spesial bersama Newcastle United. 10 tahun mengabdi bersama Newcastle, dari 1996 sampai 2006, Shearer perlahan mengubah klub tersebut jadi salah satu kekuatan baru yang cukup disegani di Liga Inggris. Seusai pensiun, Shearer mendapat kesempatan spesial untuk menangani Newcastle, tepatnya pada penghujung musim 2008/2009. Namun, apa yang dilakukannya untuk Newcastle sebagai pelatih, nggak sebaik saat dirinya masih menjadi pemain. Ya, dari delapan laga yang dilakoninya, Shearer hanya mampu memberikan satu kemenangan untuk Newcastle. Atas hasil tersebut, Newcastle terpaksa harus terdegradasi dan Shearer pun dipecat dari kursi kepelatihan. (Tomy)