Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Sinead O’Connor, Satu-satunya Penyanyi yang Tolak Penghargaan Grammy

Alvin Bahar - Jumat, 26 Oktober 2018 | 16:30
Sinead O'Connor mengumumkan telah menjadi mualaf pada Sabtu 20 Oktober 2018 melalui twitternya.
Metro

Sinead O'Connor mengumumkan telah menjadi mualaf pada Sabtu 20 Oktober 2018 melalui twitternya.

HAI-ONLINE.COM - Sinead O'Connor, yang kini memeluk Islam dan berganti nama jadi Shuhada Davitt, merupakan satu-satunya artis musik yang pernah menolak penghargaan Grammy. Perempuan Irlandia ini nggak mau menerima penghargaan Best Alternative Music Performance untuk lagu "Nothing Compares 2 U" dari album keduanya, "I Do Not Want What I Haven't Got", dalam Grammy Awards 1991. Ia tentu saja juga nggak datang ke perhelatan yang diselenggarakan di Radio City Music Hall, New York (AS) tersebut. Alasannya, Grammy Awards ketika itu sudah terlalu komersial. Dengan album dan lagu tersebut, pemilik nama lahir Sinead Marie Bernadette O'Connor ini dinominasikan untuk empat kategori.

Padahal, Grammy adalah penghargaan tertinggi buat pelaku musik lho.O’Connor memang sukses berat dengan lagu yang digarap oleh Prince tersebut.

Sekadar catatan, lagu itu dicipta oleh Prince pada 1985 untuk kelompok musik sampingannya, The Family.

Namun, versi O'Connor, bersama dengan videonya yang terkenal, melambungkan lagu dan penyanyi itu ke tangga lagu dan meraih ketenaran di seluruh dunia.

Dalam video tersebut, O'Connor, yang tampil botak, menatap langsung ke kamera, seperti berbicara dengan seseorang yang dicintainya untuk menyampaikan permintaan yang emosional.

"It’s been seven hours and 15 days since you took your love away," lantunnya.

Baca Juga : Kehidupan Menyedihkan Sinead O’Connor Semasa Remaja: Ortu Cerai Hingga Tinggal di Penampungan

Puncaknya adalah ketika ia menyanyi dengan air mata yang menetes di pipinya. O'Connor menjelaskan emosi yang muncul dalam penampilannya itu merupakan bagian dari gaya bernyanyi yang ia pelajari.

"Itu disebut Bel Canto", kata penyanyi yang kini bernama Shuhada Davitt tersebut kepada BBC, "tetapi itu sedikit seperti metode akting Stanislavsky--kamu harus menemukan emosi di dalam diri kamu yang bisa kamu gunakan."

"Itu selalu sesuatu yang sama dan selalu berhasil... Saya berpikir tentang ibu saya... karena itu saya bisa meneteskan sedikit air mata dalam video itu. Ibu saya meninggal ketika saya berusia 17 tahun dan tak lama setelah peristiwa itu saya membuat video itu," kata ia lagi.

Source :Kompas.com

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x