Senada sama David, Andre dan Petrus pun ngaku bahkan di sekolah mereka juga sering banget main Mobile Legends. “Karena sekolah kita ada jam bebas gitu, yang di mana kita bebas mau ngapain aja asal tugas udah selesai, jadi seringnya ngisi waktu jam bebas dengan main Mobile Legends,” terang Petrus.
Hampir sama dengan ketiga cowok tadi, seorang siswi SMA di Jakarta bahkan mengaku dengan malu-malu kalo doi sering main Mobile Legends di kelas, bukan pas jam bebas aja.
“Pas ada guru dan lagi belajar juga pernah hehehe,” kata cewek kelas 12 ini.
Jadi Program OSIS
Demam Mobile Legends ini saking luasnya, nggak cuman jadi kegiatan biasa aja sob. Beberapa sekolah ada yang sudah mengadakan turnamen Mobile Legends. Salah satunya adalah SMA Buddhis Bodhicitta, Medan, Sumatera Utara. Pada bulan Mei lalu, OSIS SMA Buddhis Bodhicitta mengadakan lomba antar siswa SMP dan SMA setingkat kota Medan.
Menurut Ketua OSIS SMA Buddhis Bodhicitta Billy Christanto, mereka menyelenggarakan kompetisi ini karena besarnya antusiasme siswa terhadap game Mobile Legends. “Selain itu tujuan kita juga ingin mempererat persahabatan antar sekolah, meningkatkan pengalaman antar peserta, dan memberikan kesempatan para gamer pelajar untuk berkompetisi,” ujar Billy.
Lomba yang sudah diadakan sejak 2 tahun lalu ini awalnya berangkat dari banyaknya atlet MOBA yang ada di SMA Buddhis Bodhicitta. “Banyak banget siswa yang gamer MOBA, kalo di sekolah kami ada 2 MOBA yang hits, Mobile Legends sama Arena of Valor.”
Demam Mobile Legends di kalangan pelajar juga nggak cuma buat main-main aja, sob. Banyak juga kok pelajar SMA yang mulai main dengan serius. Salah satu caranya dengan membentuk squad. Squad ini kemudian akan jadi jalan mereka untuk bisa tanding di berbagai turnamen.
“Kan syaratnya untuk ikut turnamen itu harus punya squad dulu. Selain itu kalo udah punya squad, apalagi udah lama bareng, bakal lebih mudah mainnya. Karena strategi atau rencana yang dibuat per squad kita udah paham banget karena sering main bareng,” jelas Gery, siswa kelas 10 sekolah menengah atas di Bandung.
Squad yang dibentuk anggotanya seringkali berasal dari satu wilayah yang sama. Seringnya sih, teman satu sekolah. Kayak Fahmi, cowok kelas 11 sekolah menengah atas di Bandung ini mengaku dirinya memutuskan untuk bikin squad bareng teman dekatnya di sekolah.
“Alasannya sih karena udah kenal banget satu sama lain, jadi mainnya lebih enak. Udah hafal duluan kebiasaan dan sifat masing-masing, lebih mudah menyesuaikannya. Terus juga bisa latihan bareng di satu tempat karena tinggalnya deketan.”
Pihak Sekolah Mulai Terbuka Dengan E-Sports