Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

5 Film Inspiratif Yang Cocok Menemani Ngabuburit!

- Selasa, 29 Mei 2018 | 11:00
The Pursuit of Happyness
YouTube.com

The Pursuit of Happyness

HAI-ONLINE.COM -Ngabuburit adalah hal yang pastinya dilakukan oleh anak-anak muda untuk menunggu waktu matahari terbenam alias maghrib untuk berbuka puasa.

Banyak sekali hal-hal yang dapat dilakukan untuk berbuka puasa, kok!

CEK JUGA:7 Musisi dan Band Tahun 2000-an yang Bikin Lo Nostalgia, Kangen!

Selain ibadah, kamu juga bisa olahraga, atau yang nggak kalah seru adalah nonton film!

Berikut ini adalah 5 film inspiratif yang bagus untuk kamu tonton sekalian ngabuburit:

1. The Pursuit of Happyness

The Pursuit of Happyness
YouTube.com

The Pursuit of Happyness

film biografi drama Amerika Serikat pada tahun 2006 ini disutradarai oleh Gabriele Muccino dan diproduseri oleh Will Smith, Steve Tisch, James Lassiter, Todd Black dan Jason Blumenthal.

Selain itu,naskah film nya ditulis oleh Steve Conrad berdasarkan buku The Pursuit of Happyness karya Chris Gardner. Film yang dibintangi oleh Will Smith, Jaden Smith, Thandie Newton dan Dan Castellanet ini menceritakan tentang sebuah keluarga kecil yang sangat sederhana.

Linda ( Thandie Newton) dan Chris Gardner (Will Smith) hidup di sebuah apartemen kecil bersama anak mereka yang berusia 5 tahun, Christopher(Jaden Smith). Ini bukan film drama yang penuh cerita menyedihkan melainkan sebuah film perjuangan seorang ayah yang mencintai dan harus membesarkan anaknya yang masih kecil dalam kondisi tidak punya uang, tidak punya rumah, dan tidak punya pekerjaan.

Chris adalah seorang sales yang menghabiskan uangnya untuk menjual mesin scanner tulang. Scanner yang bagus ternyata belum menarik perhatian para dokter karna harganya yang begitu mahal. Sementara Linda sang istri berkerja di sebuah laundry. Keluarga kecil ini pun makin sulit saat mereka tidak dapat membayar uang sewa apartment.

Terlebih lagi saat Chris tidak dapat membayar uang tilang akibat mobil yang ia parkirnya sembarangan. Dan pada puncaknya saat Linda meninggalkan Chris karena kesulitannya yang mereka dapat. Lalu bagaimana cara Chris berjuang agar tetap bertahan hidup bersama anaknya Christopher?

2. The Social Network

The Social Network
Letterboxd

The Social Network

Siapa yang tidak tahu penemu Social Media Facebook? Orang itu adalah Mark Zuckerberg. Nah film ini diangkat dari perjalanan Mark Zuckerberg seorang mahasiswa Harvard sebelum ia mencapai kesuksesannya seperti sekarang.

Kisah berawal dari mark zuckerberg (diperankan oleh Jesse Eisenberg), yang masih berusia 19 tahun dan duduk di bangku kuliah di Universitas Harvard pada tahun 2003. Dikisahkan Mark yang baru saja diputuskan oleh kekasihnya, Erica Albright (Rooney Mara), membuat sebuah situs kampus bernama facemash, di mana Mark meretas database kampusnya untuk mendapatkan foto semua mahasiswi, dan mengizinkan tamu di situsnya untuk menilai tingkat kemenarikan para mahasiswi tersebut. Situs facemash menjadi terkenal, namun hal ini menyebabkan sistem di harvard terganggu. Mark pun diskors selama enam bulan.

Ingin tahu kelanjutan ceritanya? Film ini bisa jadi pilihan kalian ngabuburit!

3. The Help

The Help
Dale Robinette

The Help

Sepertinya, permasalahan sosial yang sampai sekarang menjangkit Amerika adalah masalah diskriminasi ras yang terus merantai tiap gerak kaum minoritas di dalamnya.

Film The Help yang menjadi salah satu film dengan isu diskriminasi ras yang cukup mengena. Film yang menerapkan setting tahun 60-an ini secara jelas menggambarkan sebuah isu diskriminasi ras antar kulit putih dan kulit hitam.

Ceritanya dibalut dengan konflik yang kebanyakan tokoh utamanya adalah perempuan (baca: ibu-ibu) di kota bernama Jackson. Tiap scene menceritakan kejamnya mereka (si kulit putih ini) terhadap para pembantunya (si kulit hitam) dengan cara-cara yang tak bisa di nalar.

Hilly adalah seorang ibu rumah tangga yang merangkap sebagai ketua geng dari sebuah komunitas ibu-ibu di Kota Jackson. Hilly memiliki teori bahwa para pembantu (berkulit hitam) mereka haruslah dibuatkan toilet sendiri di luar.

Hal ini karena Hilly meyakini para pembantu tersebut bakal menularkan penyakit jika menggunakan toilet yang sama. Hilly memiliki pembantu bernama Minny (Octavia Spencer), yang dikemudian hari ia pecat karena menggunakan toiletnya. Meski banyak berbicara tentang diskriminasi ras, jangan kira akan ada banyak adegan penganiayaan seperti FTV-FTV Indonesia itu. Percayalah, film ini mengungkapkan masalah diskriminasi hanya melalui ucapan saja.

4. The Aviator

The Aviator
The Aviator

The Aviator

The Aviator berkisah tentang si anak emas Howard Hughes yang diperankan Leonardo DiCaprio, pria ini menjalani dua dekade terakhir hidupnya dengan menutup diri jauh dari dunia. Dia adalah pria yang paling kaya di dunia, dan dengan uangnya yang bermilyar-milyar dia membeli sebuah ruangan dan tak pernah meninggalkannya.

Film besutan Martin Scorsese ini secara bijaksana menumpukan kisahnya pada tahun-tahun gemilang kehidupan pria ini.

Howard Hughes datang ke Los Angeles sebagai seorang pemuda rupawan dengan banyak uang, dia meyutradarai film petualangan penerbangan Perang Dunia I, berjudul Hell's Angels dan lalu menjadi film paling mahal yang pernah dibuat.

Pada awalnya industri ini menertawakannya, tetapi dia menyelesaikan film dan meraup banyak uang, dan begitu juga dengan kebanyakan film lain yang dibuatnya.

Sebagaimana perhatiannya yang hanyut dari film ke pesawat terbang yang ada di filmnya, dia mulai mendesain dan merancang pesawat terbang dan akhirnya membeli perusahaan penerbangannya sendiri.

Dalam film ini juga kita dapat menyaksikan bayangan kejatuhannya, beberapa adegan menayangkan pertentangan jiwanya; dimana dia tahu apa itu normal yang hampir terlihat jauh dari jangkauannya.

5. Temple Grandin

Temple Grandin
Temple Grandin

Temple Grandin

Nama Temple Grandin memang kurang dikenal di Indonesia. Namun, namanya sudah sangat dikenal luas di Amerika Serikat, terutama jika dihubungkan dengan dunia autisme.

Tapi, kini kita bisa melihat kisah perjalanannya melalui film televisi berjudul Temple Grandin yang dibintangi Claire Danes.

Sebelum didiagnosis mengidap autis pada 1950, awalnya Grandin didiagnosis mengidap kerusakan otak ketika berusia dua tahun.

Ia pun dimasukkan ke sebuah kelompok bermain yang guru-gurunya dianggap bisa memahami kondisi Grandin. Sesuai saran dokter, Ibu Grandin menyewa seorang terapi wicara. Ketidakmampuan untuk berbicara membuat Grandin frustrasi.

Temple pergi kerumah bibinya disebuah peternakan. Temple banyak belajar dari apa yang ada disekelilingnya, termasuk sapi yang ada dipternakan tersebut. Dia juga belajar bagaimana sapi – sapi diperlakukan.

Suatu ketika ia terheran – heran saat melihat sapi yang dipaksa masuk kesebuah alat yang cara kerjanya adalah dengan menekan / menjepit bagian tubuh sapi tersebut, dan Temple pun bertanya mengenai apa yang sedang dilakukan para gembala sapi tersebut.

Merekapun menjelaskan bahwa alat itu dibuat untuk menenangkan sapi dari rasa stress. Suatu ketika Temple mengalami stress yang cukup tinggi akibat kamar miliknya “dirasa” bukan miliknya lagi dan tampak ada yang aneh yang membuatnya takut bukan main.

Lalu dia teringat akan alat penurun stress yang dipakai untuk sapi tadi, diapun langsung berlari dan meminta bibinya untuk menjepitnya ddengan alat itu, dan ajaibnya Temple merasa stress-nya berkurang.

Untuk membantu perkembangan kondisinya, Grandin mengonsumsi obat anti depresi secara teratur dan menggunakan ”squeeze-box” (mesin peluk) yang diciptakannya pada usia 18 tahun sebagai bentuk terapi personal. Beberapa tahun kemudian, kondisinya itu dapat dikenali dan ia didiagnosis menderita sindrom asperger, salah satu gejala autisme.

(Revinka Aiko)

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x