Follow Us

5 Film Inspiratif Yang Cocok Menemani Ngabuburit!

- Selasa, 29 Mei 2018 | 11:00
The Pursuit of Happyness
YouTube.com

The Pursuit of Happyness

Sebelum didiagnosis mengidap autis pada 1950, awalnya Grandin didiagnosis mengidap kerusakan otak ketika berusia dua tahun.

Ia pun dimasukkan ke sebuah kelompok bermain yang guru-gurunya dianggap bisa memahami kondisi Grandin. Sesuai saran dokter, Ibu Grandin menyewa seorang terapi wicara. Ketidakmampuan untuk berbicara membuat Grandin frustrasi.

Temple pergi kerumah bibinya disebuah peternakan. Temple banyak belajar dari apa yang ada disekelilingnya, termasuk sapi yang ada dipternakan tersebut. Dia juga belajar bagaimana sapi – sapi diperlakukan.

Suatu ketika ia terheran – heran saat melihat sapi yang dipaksa masuk kesebuah alat yang cara kerjanya adalah dengan menekan / menjepit bagian tubuh sapi tersebut, dan Temple pun bertanya mengenai apa yang sedang dilakukan para gembala sapi tersebut.

Merekapun menjelaskan bahwa alat itu dibuat untuk menenangkan sapi dari rasa stress. Suatu ketika Temple mengalami stress yang cukup tinggi akibat kamar miliknya “dirasa” bukan miliknya lagi dan tampak ada yang aneh yang membuatnya takut bukan main.

Lalu dia teringat akan alat penurun stress yang dipakai untuk sapi tadi, diapun langsung berlari dan meminta bibinya untuk menjepitnya ddengan alat itu, dan ajaibnya Temple merasa stress-nya berkurang.

Untuk membantu perkembangan kondisinya, Grandin mengonsumsi obat anti depresi secara teratur dan menggunakan ”squeeze-box” (mesin peluk) yang diciptakannya pada usia 18 tahun sebagai bentuk terapi personal. Beberapa tahun kemudian, kondisinya itu dapat dikenali dan ia didiagnosis menderita sindrom asperger, salah satu gejala autisme.

(Revinka Aiko)

Editor : Fadli Adzani

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest