Kanju dan manju adalah perhiasan yang terkenal yang bisa memberi kekuasaan pada pemiliknya untuk mengendalikan gelombang. Batu ini mirip dengan perhiasan Maya yang bisa menjaring kekuatan mengontrol berbagai elemen. Bangsa Romawi Kuno pun mengklaim memiliki artefak serupa.
Mereka merendam batu istimewa yang dikenal dengan nama lapis manalis ke air agar membawa hujan, dan ritual ini dikenal dengan nama aquaelicium. Menambang makna Meski sulit untuk memastikan apakah legenda-legenda ini berpengaruh pada penulis komik modern, namun asal-muasal kisah batu mistis mencakup wilayah yang cukup luas sehingga sejarah batu tersebut tak hanya berasal dari satu budaya saja, melainkan merupakan kumpulan dari kesadaran manusia.
Maka, pertanyaan sebenarnya bukan soal bagaimana batu-batu legendaris ini begitu sering muncul di seluruh dunia, tapi justru kenapa. Menurut tulisan sejarawan agama George F Moore, batu mewarisi arti penting keagamaan sejak awal peradaban manusia. "Pemujaan akan batu suci adalah salah satu bentuk agama tertua yang ada buktinya, dan salah satu yang paling universal," tulis Moore dalam American Journal of Archaeology.
"Bahwa pemujaan batu dalam kepercayaan modern tetap ada dan terbukti tak terhapuskan," tambahnya. Moore menjelaskan bahwa batu-batu itu awalnya mendapat tempat suci karena menjadi altar bagi para pemuja, dan batu-batu yang berukuran besar atau berbentuk unik akan dipilih, karena dianggap lebih dibentuk secara istimewa oleh tangan yang kuasa. Keberadaan batu suci seperti itu bisa terlihat dari beberapa agama kuno serta kontemporer, seperti Sledovik di Rusia atau Hajar Aswad dalam Islam.
Meski begitu, salah satu catatan paling awal akan batu bertuah berasal dari Yunani Kuno, yang beberapa kali menyebut Baetylia - yang kemungkinan adalah 'batu jiwa' pertama. Batu-batu ini diyakini memiliki kekuatan hidup yang dihembuskan oleh para dewa, dan diberikan jiwa sehingga bisa bergerak sendiri, atau bahkan berbicara.
Dan lebih masuk akal jika orang di zaman dahulu menempelkan karakter semacam itu pada batu karena batu sesekali jatuh dari langit. Bagi mereka yang belum mengetahui rahasia galaksi, hujan meteor tampak seperti berkah dari surga, dan meteor yang dikumpulkan pun dianggap memiliki keterkaitan dengan ilahi.
PERLU TAU NIH:Duh! Pemain Penting Timnas U-16 Ini Cedera Pembekakan Otak
Tentu saja, ini adalah tradisi lain yang juga muncul di Marvel Cinematic Universe - bangsa Wakanda asal Black Panther memiliki industri dari kekayaan alamnya berupa 'vibranium', sebuah logam yang jarang ditemukan dan punya kekuatan besar yang diambil dari meteor raksasa. Meski Infinity Stones mengingatkan kita akan mitos-mitos tua, namun vibranium Wakanda yang banyak menjadi incaran adalah bagian dari sejarah kita.
Praktik Ribuan Tahun Penambangan meteor bukan hanya konvensi di buku komik, namun praktik yang sudah berjalan ribuan tahun. Ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa penduduk Inuit awal di Greenland mencoba menambang meteor yang jatuh ke area Cape York.
Sementara itu, meteor Descubridora yang ditemukan di Meksiko memiliki bekas pahat tembaga yang tertanam di cekungannya. Ini mengindikasikan bahwa area itu juga dicungkil oleh penambang meteor. Para peneliti bahkan mengklaim bahwa salah satu belati yang ditemukan di makam Raja Tut dipahat dari besi yang diambil dari meteor, karena konsentrasi nikelnya yang sangat tinggi.
Ini adalah tanda-tanda besi yang diambil dari sumber luar angkasa. Yang lebih mengagumkan lagi, sama seperti vibranium di Wakanda, peradaban awal ini memiliki alasan untuk meyakini bahwa mineral yang diambil dari meteor berasal dari kualitas yang superior daripada yang ada di Bumi.
Dalam kasus Mesir, banyak dari artefak yang terbuat dari besi-meteor berasal dari masa sebelum peleburan besi menjadi populer, dan artinya tembaga adalah alternatif yang umum. Dan sama halnya seperti vibranium Wakanda, besi yang diambil dari meteor dianggap berharga karena jarang ditemui, dan lebih tahan lama. Apakah kepercayaan ini omong kosong? Seperti kata Virginia Woolf, "Batu yang kita tendang dengan sepatu kita akan bertahan lebih lama daripada Shakespeare."