HAI-Online.com -Sadar nggak bro kalau kita ke mal itu biasanya sepi, sedangkan bioskop lebih ramai? Atau kita lebih milih jalan-jalan ketimbang beli banyak barang baru? Ini bukan tanpa alasan loh. Ternyata salah satu penyebabnya adalah perubahan perilaku yang terjadi pada masyarakat modern soal bagaimana mereka membelanjakan uangnya.
Dilansir dari Kompas.com menurut riset dari PT Neurosensum Technology International (Neurosensum), generasi milenial maupun generasi Z lebih menghargai pengalaman daripada kepemilikan barang. Riset ini sendiri dilakukan terhadap 1000 orang di 12 kota di Indonesia dan menegaskan nih bagaimana generasi masa kini membelanjakan uangnya.
CEK JUGA NIH:Wajib Coba! Lihat Gambar Ini untuk Tentukan Kepribadian Kita
Nah, ini dia poin-poin penting yang menunjukkan adanya perubahan konsumen Indonesia berdasar riset tersebut:
1. Bangkitnya ekonomi berbasis pengalaman
Sekarang konsumen Indonesia udah nggak puas dengan produk aja. Mereka lebih cerdas dan mencari pengalaman melebihi produk. Hal ini bikin mereka mengalihkan pengeluaran dari kategorifast moving consumer good(FMCG) tradisional ke berbagai hal yang menyediakan pengalaman lain, contohnya rekreasi dan hiburan,gadgetatau produk elektronik dan data seluler.
2. Meningkatnya kebutuhan rekreasi
Konsumen merasa bahwa tingkat stres makin meningkat dan bikin butuhescapelewattravelling.Selain itu juga butuh bentuk rekreasi lain, seperti nonton konser dan film. Kita, banget, nggak, sih?
3. Kenaikan konsumsi produk elektronik dan data seluler
Kebutuhan soal pengalaman itu bikin pengeluaran untuk produk elektronik/gadgetdan data meningkat juga loh. Konsumen berbagi pengalaman dan momen penting dalam hidup mereka di berbagai media sosial.
4. Tantangan ganda
Riset ini ngasih tahu kenyataan kalau perusahaan FMCG sekarang mengalami ancaman ganda, yaitu pembeli menurunkan jumlah konsumsi atau berpindah merek lain yang lebih terjangkau karena uangnya dipakai untuk membeli pengalaman dan tantangan soal kemunculan berbagai merek lokal yang mengambil pasar dari merek lama. Dari data juga diketahui nih kalau konsumen bersedia membeli merek baru saat ada penawaran unik atau beda yang nggak ada di merek terkemuka.