Follow Us

Menurut WHO, Kecanduan Games Adalah Gangguan Mental. Kok Bisa?

Rizki Ramadan - Selasa, 20 Februari 2018 | 08:00
Video games bisa jadi terapi gangguan otak seperti disleksia
Rizki Ramadan

Video games bisa jadi terapi gangguan otak seperti disleksia

Setiap benda atau hal-hal yang membuat kita merasa senang akan merangsang otak menghasilkan dopamin, hormon pembuat bahagia. Dalam keadaan normal, hal ini tidak akan menyebabkan kecanduan. Hanyalah rasa bahagia dan puas pada umumnya.

Akan tetapi saat kita mengalami kecanduan, objek yang membuat kita senang tersebut merangsang otak menghasilkan dopamin yang berlebihan.

Jumlah dopamin yang kelewat batas akan mengacaukan kerja hipotalamus, bagian otak yang bertanggung jawab mengatur emosi dan suasana hati sehingga membuat kita merasa sangat bahagia tidak wajar, bersemangat, dan percaya diri berlebihan — tanda euforia — hingga merasa ‘teler’.

Efek membahagiakan ini akan membuat tubuh secara otomatis ketagihan dan mengidam untuk merasakannya lagi.

Pada akhirnya, efek ini membuat kita terus menggunakan candu tersebut secara berulang dalam frekuensi dan durasi yang lebih tinggi demi memuaskan kebutuhan akan kebahagiaan ekstrem tersebut.

Jika hal ini terus terjadi berkepanjangan, lama-lama akan merusak sistem dan sirkuit reseptor motivasi dan penghargaan otak sehingga menyebabkan kecanduan.

BACA JUGA: Cuma Pelajar SMA Sekolah Asrama Yang Merasakan Suka-Duka Ini.

Apakah semua pemain game berisiko kecanduan?

Dalam batas wajar, bermain game tentu tidak dilarang. Bermain game dapat menjadi aktivitas pengusir stres yang baik dan juga bermanfaat bagi kesehatan otak.

Ada sejumlah bukti medis yang mengatakan bahwa bermain game dapat dijadikan terapi alternatif mengobati gangguan mental seperti Alzheimer dan ADHD.

Pasalnya selama bermain game, otak akan dituntut untuk bekerja keras mengatur fungsi kognitif (misalnya perencanaan strategi) yang dibarengi dengan kerja fungsi motorik yang kompleks (misalnya, sambil melihat layar kita juga harus menggerakkan tangan untuk memainkan joystick atau menekan tombol).

Nah jika hobi ini tidak dikendalikan, barulah bisa berkembang menjadi kecanduan.

Editor : Hai

Baca Lainnya

PROMOTED CONTENT

Latest