4. Sering Diikutkan Kompetisi Di Indonesia Tapi Selalu Ditolak.
Karena ngerasa belum ada penelitian dengan tema sama, Farrel rajin mengirimkan karyanya itu ke berbagai kompetisi.
Namun, sejak 2016, proposalnya selalu ditolak. "Ya, kalau dihitung sampai 11 kali tidak diterima," katanya.
5. Pantang Menyerah
Farrel selalu ingat cerita Thomas Alva Edison tiap melanjutkan usahanya. "Thomas Alva Edison 1.000 kali gagal, mosok saya baru 11 kali terus menyerah. Untuk jadi Alva Edison saya butuh 989 kali mencoba, saya hitung terus dan masih lama, masih lama," urainya.
Hingga suatu hari, ia menemukan pengumuman kompetisi penelitian yang diselenggarakan oleh Google.
"Nama (kompetisinya) submit reset, saya sudah pasrah dan enggak mikir diterima. Eh, ternyata setelah satu minggu ada email masuk, memberitahu kalau saya lolos," kata Farrel. Setelah mendapat email tersebut, Farrel mengikuti tes wawancara untuk diuji dasar pemikiran, teori sampai dampak penelitiannya.
"Saat dinyatakan lolos wawancara, satu yang saya pikirkan, yakni uang, karena tidak ada biaya akomodasi. Lalu saya hanya ada waktu dua minggu untuk mengurus surat-surat, termasuk mencari uang akomodasi. Tapi ternyata Tuhan memberi jalan, dapat sponsor dan mengurus visa bisa cepat, sampai akhirnya berangkat," tandasnya
6. Satu-satunya Perwakilan Dari Indonesia.
Farrel jadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang presentasi di kantor Google sana. Ia berada di Mountain View, California, Amerika pada 15-20 Februari 2017.
Selama di sana, Farrel presentasi, diskusi, sharing dengan orang-orang dari negara lain yang lolos. Para peserta masing-masing didampingi satu mentor dari Google.
7. Siap Sharing pengalamannya.