"Kami sudah lulus uji selama ini. Kondisi selama ini bisa diterima. Jika lebih banyak orang yang buang air kecil di kolam renang, kondisinya mungkin akan berubah," imbuh Yeo.
Faktanya, operator kolam renang umum hanya mengganti 10 sampai 12 persen air lama dengan air baru setiap hari. Air kolam juga tidak pernah sepenuhnya diganti sejak kolam tersebut dibuka pertama kali. Hal ini yang membuat amonia dalam kolam tidak bisa benar-benar hilang.
Bagaimana kolam renang dibersihkan?
Untuk membuat kolam renang aman digunakan, ada tiga tahap filtrasi pada air. Pertama untuk menghilangkan partikel padat dan tahap terakhir adalah pemberian klorin untuk mematikan bakteri dengan cara memompa klorin ke kolam.
"Tapi, kotoran seperti lendir dan urin akan tetap ada di kolam renang bahkan setelah dilakukan pengobatan," kata Sathananthan.
Sementara itu, Yeo mencatat bahwa klorin tidak terlalu kuat untuk membunuh bakteri dan kuman dengan segera. "Jadi penambahannya secara periodik, tetapi kalau kadar klorin terlalu tinggi akan berbahaya untuk kulit,' jelasnya.
Selain itu, mereka juga membersihkan dasar lantai kolam dengan vakum satu minggu sekali untuk menghilangkan sedimen yang mengendap di lantai. Termasuk kotoran dan rambut. Kadang penyelam dibutuhkan untuk menggosok bagian lantai kolam untuk menghilangkan ganggang yang bisa jadi empat bakteri berkembang biak.
Ada juga metode pembersihan lain, yakni dengan menggunakan klorinasi super. Klorin dalam jumlah besar dimasukkan ke kolam untuk membunuh kuman. Untuk melakukannya cukup sulit, karena berarti harus menutup kolam renang. Yeo mengungkapkan ada pengecualian, yaitu jika ada pengunjung yang buang air besar di dalam kolam renang. Kalau sudah begini, mau tidak mau kolam harus ditutup dan diakukan klorinasi super.
Menjaga kebersihan bersama, solusi sederhana
Tanggung jawab memelihara kolam renang sebenarnya terletak pada penggunanya. Misalnya, kotoran atau bakteri tinja yang tidak terlihat di kulit atau tangan. Studi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat mengungkapkan rata-rata orang yang membawa 0,14 gram kotoran tinja, sedangkan anak-anak bisa membawa sampai 10 gram materi tinja.
Ahli mikrobiologi senior Renugopal dari Marchwood Laboratory Services yang menjalankan tes bakteri di beberapa sumber air Singapura, mengatakan bahwa dalam masalah feses terdapat bakteri berbahaya seperti salmonella, E coli, dan coliform, yang menyebabkan diare dan disentri jika tertelan.
Oleh sebab itu, mandi sebelum masuk ke kolam renang sangat dianjurkan untuk menghilangkan bahan organik seperti pomade, kosmetik, dan lainnya. Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2014 oleh Yayasan Kolam Renang Nasional AS menemukan bahwa bahan organik tadi dapat bereaksi terhadap klorin untuk membentuk trihalomethanes dan chloramines. Jika kedua elemen ini diproduksi dalam jumlah besar, dapat menyebabkan masalah pernafasan bagi perenang.