HAI-online.com - Siapa, sih, yang nggak suka sama seni? Sambil ngerjain tugas, kita dengerin musik. Tiap weekend, pergi ke galeri seni liat pameran. Seni bikin hidup jadi lebih nikmat.
Tapi, buat Greg Sindana dan Invani Lela Herliana, seni mesti digunakan lebih dari itu. Seni, nggak cuma mesti nikmat saja, tetapi juga berdampak pada perubahan.
Dari dorongan itulah, akhirnya dua sejoli ini mendirikan Ketjilbergerak, sebuah komunitas berbasis di Yogyakarta yang ngajakin anak-anak muda untuk peduli dengan masalah di sekitarnya dan menyuarakan perubahan lewat aksi seni.
Ketjilbergerak pernah bikin unjuk rasa dengan menampilkan performance art untuk memprotes maraknya pembangunan hotel di Yogyakarta. Mereka bikin mural sampai band virtual kayak Gorillaz yang kemudian menghasilkan lagu-lagu anthemic bermakna pergerakan anak muda. Kerennya, ketjilbergerak bahkan digandeng KPK untuk membuat forum anak muda untuk membahas pemberantasan korupsi.
“Kami adalah anak-anak nakal yang pengin eksperimen dan belajar tentang diri sendiri dan permasalahn di sekitar,” begitulah Invani Lela Herliana atau akrab disapa Vani mendeskripsikan komunitasnya.
Berawal dari Mading Kampus
Mulai terbentuk pada 2006, ketjilbergerak bermula sebagai perkumpulan mahasiswa yang suka menulis. "Waktu itu semacam majalah dinding (mading) gitulah, nah nama madingnya itu ketjilbergerak," ujar laki-laki lulusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma ini.
Nama gerakan ini nggak sembarang dipilih. Menurut Greg dan Vani, perubahan kecil, jika dilakukan terus-menerus, dampaknya akan besar.
"Tapi setelah lama, cuma diskusi ngomong tok ya capek juga, makanya kami pilih media yang lebih asyik yaitu seni," ujar Greg.
Sejak tahun 2008, ketjilbergerak memilih kesenian sebagai media pengantar pesan. Kesenian dipilih sebagai media pengantar gagasan karena Greg mengaku suka menggambar dan bermusik.