HAI-online.com - Sebagian besar dari kita pasti suka baca komik. Entah itu komik Jepang, atau pun komik Eropa. Bukan sekedar untuk menikmati jalan ceritanya aja, kadang kita justru bersemangat baca komik karena warna-warna yang ada di dalamnya.
Pasalnya, warna dalam komik adalah salah satu bagian penting yang bikin cerita jadi lebih hidup. Pembaca juga bakal antusias untuk membaca halaman demi halaman, karena gambarnya jadi nggak ngebosenin.
Nah, ternyata ada, lho, profesi untuk orang yang suka mewarnai komik. Namanya colorist comic. Katanya bekerja sebagai colorist comic ini seru banget, nih. Soalnya kalau kita kebagian mewarnai komik sekeren DC atau Marvel, otomatis kita jadi orang pertama yang tahu cerita kelanjutannya, ya nggak?
“Kalau menurut saya, serunya itu seolah-olah saya yang bikin special effect di dalam cerita komik. Soalnya pas saya ngasih efek warna dari gambar-gambar efek berantem di dalam komik, jadi seru aja. Apalagi kalau ceritanya udah seru, terus saya bikin warnanya lebih seru lagi,” kata Arief Priyanto, colorist comic yang pernah menangani proyek komik DC ini.
(BACA: JANGAN MAGER MULU. INI BUKTI BAHWA DUNIA SELALU BUTUH ANAK MUDA )
Awalnya Arief mengaku punya cita-cita jadi komikus. Tapi setelah dewasa, dia melihat ternyata udah banyak banget komikus yang keren-keren. Apalagi, saingannya juga ketat banget. Arief kemudian menyadari bahwa peluang jadi komikus mungkin lebih sempit. Akhirnya Arief memilih menjadi comic colorist. Tetap nggak jauh-jauh dari komik deh.
(BACA:Bangga, Universitas Indonesia dan Kampus-kampus Lokal Ini Masuk Jajaran Kampus Top Asia)
Dari cerita Arief, tampaknya nggak ada tantangan yang begitu sulit pada proses pewarnaan komik ini. Cuma aja, dia harus kejar-kejaran dengan waktu kalau deadline-nya udah mepet, atau masih banyak halaman komik yang belum diwarnai. Alhasil, colorist harus menjadi gawang terakhir dalam proses pembuatan suatu komik.
“Biasanya, artist itu akan menyicil ngasih gambar cerita. Awal-awal sih masih dikit halaman yang dikirim. Tapi mereka suka numpuk di akhir deket-deket deadline untuk sisa gambar ceritanya. Otomatis colorist yang bakal jadi gawang terakhirnya. Kalau kita ngasih ke editornya telat kan nggak enak,” cerita Arief yang menekuni comic colorist sejak 2006 ini.
Gimana, tertarik buat jadi comic colorist? (BACA: Data Scientist: Profesi “Seksi” Di Era Digital )
Sebenernya nggak harus punya gelar sarjana. Bisa dipelajari secara otodidak. Tapi kalau pengen punya banyak ilmu, kita bisa memulai pendidikannya dengan: