Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Ini Dia Perjalanan Panjang Superman Is Dead Dari Awal Karir Sampai Sekarang. Banyak Jatuh Bangunnya!

- Kamis, 19 Oktober 2017 | 10:15
Superman Is Dead
Hai Online

Superman Is Dead

Perjuangan nggak cuma di situ. Niat untuk ‘membumikan’ SID pun diikuti dengan semangat militan dari ketiga anggotanya. Mulai dari cetak album sampai mengirimkannya sendiri ke distro-distro di Bali, maupun luar Bali, jadi beberapa langkah yang ditempuh SID untuk mengenalkan musik punk rock yang mereka mainkan.

Namun sayang. Rencana tersebut nggak berbuah manis. Alasannya ya itu tadi, industrinya masih nggak berkembang. Alhasil, sistem titip-edar album di distro-distro malah membuat Jerinx dan kawan-kawan merugi. Katanya, sih, karena saat itu sistem distro yang ada belum sebagus sekarang. Maksudnya, Bli?

“Tahun 1998 kami udah mulai ke distro. Saya naik motor buat titip kaset ke distro-distro. Tapi, uang kami nggak pernah balik! Hahaha…, entah itu dicuri staff atau pemilik distro yang kabur. Intinya, barang habis, tapi uangnya nggak ada. Sebagian besar hasil kerjasama kami dengan distro mengecewakan,” keluh Jerinx.

Hasilnya jelas. Kaset yang (katanya) ludes terjual, tapi nggak diimbangi dengan pendapatan yang mumpuni membuat Jerinx cs. putar otak biar hobinya ini bisa survive, bahkan semakin terangkat. Terus, gimana caranya, Bli?

“Kami juga rugi. Independen, sih, independen. Tapi nggak bakal bisa survive kalau tiap titip edar di distro uang kami nggak balik. Itu sudah terjadi sampai belasan kali. Akhirnya, kami cari label yang mau ngurusin album kami. Dan kami sign up dengan Sony Music Entertainment Indonesia,” lanjutnya.

Dituduh Penghianat Sampai Rasis!

Eka Rock dan Bobby Kool
Langkah besar yang diambil ternyata nggak langsung memuluskan langkah mereka di kancah musik Tanah Air. Buktinya banyak banget. Konser rusuh di Medan 2003 silam, terjadi lantaran SID dituding sebagai band penghianat.

Yap. Sebagian besar orang (penggiat musik underground) saat itu menganggap bahwa apa yang dilakukan SID dengan bergabung ke major label adalah hal yang ‘diharamkan’ buat band yang punya semangat Do It Yourself ini. Maklum. Saat itu, SID jadi band punk rock pertama yang bekerjasama dengan major label, sekelas Sony.

“Awalnya kami dituduh sell out karena bekerjasama dengan Sony, dibilang keluar jalur. Mereka nggak paham kalau kerjasama ini dibuat atas kerjasama yang seimbang. Maksudnya, Sony nggak mengganggu proses atau ikut campur tentang berkesenian kami, atau apapun yang berurusan dengan band. Mereka cuma mencetak album kami dan mendistribusikannya. Itu saja,” imbuh cowok yang mengidolakan Elvis Presley ini.

Parahnya, seakan nggak cukup dengan tudingan ‘band penghianat punk’, trio yang terpengaruh dari permainan musik Green Day dan NOFX ini kembali diterpa isu nggak enak. Konon, isu kali ini menyerempet ke masalah yang lebih sensitif, yakni isu rasial!

Yap di tahun yang sama (2003), SID diisukan sebagai band rasis yang mendiskreditkan orang Jawa. Bentuknya adalah adanya tulisan F**K Java yang saat itu, (katanya) ada di dinding kantor SID, bahkan dalam bentuk tattoo di badan Jerinx.

Saking santernya isu ini dibicarakan, satu kejadian kembali menimpa SID saat menggelar konser di Jogja dan Surabaya. Lagi-lagi, mereka mendapatkan cacian, lemparan batu, sampai bogem mentah yang sempat mendarat di kepala Bobby Kool.

Editor : Hai

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Hot Topic

Tag Popular

x