Nyaris setahun berlalu setelah menciptakan Union Monitoring, Aini dkk masih terus mengembangkannya.
Mereka berupaya agar temuannya juga bisa mengidentifikasi atribut lain, salah satunya bagaimana mendeteksi serangan hama. Oleh sebab itu, mereka pun masih membiarkan Union Monitoring yang dikembangkannya hanya dengan modal Rp 1,5 juta itu sebagai prototipe.
“Kami belum punya izin resmi untuk dipasarkan, masih sebatas prototipe. Tapi kami sangat serius mengembangkan ini. Kami juga terus berkonsultasi dengan pakar pertanian agar teknologi kami nantinya semakin mantab dan tepat guna,” ujar dia.
Melampaui Jepang
Membantu petani Indonesia, menurut Aini, adalah tujuan dari teknologi yang ia dan kawan-kawannya kembangkan. Ia melihat potensi pertanian Indonesia luar biasa besar. Namun, belum dioptimalkan.
Kesejahteraan petani, sang ‘pemberi makan’ bangsa pun berada di level terendah. Di sisi lain, cewek yang mengidolakan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil itu juga seakan tidak terima, masih banyak komoditas pertanian di Indonesia merupakan hasil impor.
“Jurusan saya (informatika) memang pure teknologi, tidak berhubungan dengan pertanian. Tapi bagi saya, ilmu kita itu tidak akan bernilai jika hanya untuk kita saja. Tapi akan bernilai jika digunakan di bidang lain, apalagi untuk orang banyak,” ujar Aini.
Sepuluh tahun mendatang, Aini punya mimpi. Dengan teknologi, ia membawa petani Indonesia ke arah sejahtera dan modern. Jepang merupakan patokannya menggapai mimpi tersebut.
“Kita lihat sekarang pertanian Jepang sangat maju karena teknologi. Indonesia sebenarnya juga punya potensi. Jadi kenapa tidak kita juga memanfaatkan teknologi? Mimpi saya pertanian Indonesia bisa lebih maju dari Jepang,” ujar cewek yang bercita-cita menjadi CEO perusahaan start-up di bidang IT tersebut.
Artikel ini pertama kali ditayangkan di Kompas.com, dengan judul artikel Mimpi Aini Bawa Petani Indonesia Lampaui Jepang dengan Teknologi